REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) M Nasir mengatakan, pihaknya mengapresiasi dan mendukung adanya inovasi teknologi tombol panik (panic button) yang pertama kali diterapkan oleh Mapolres Pematang Siantar, Medan, Sumatera Utara.
"Kepolisian semakin terbuka dan berhasil beradaptasi dengan majunya mutu teknologi. Apalagi terhadap inovasi keamanan dan inovasi sistem transportasi untuk melayani masyarakat," katanya, Rabu, (6/4).
Tombol panik merupakan layanan yang berfungsi untuk memberitahu ada tindak kejahatan yang sedang terjadi melalui bunyi sirine yang sangat kencang.
Layanan tersebut dapat difungsikan melalui dua cara, yaitu dengan penekanan tombol yang disediakan disejumlah area publik dan melalui penekanan tombol dialing yang terdapat pada handphone melalui aplikasi yang diberikan oleh Mapolres Pematang Siantar.
Kapolres Pematang Siantar, AKBP Dodi Darjanto mengatakan, pihaknya pertama kali menerapkan dan mensosialisasikan layanan tombol panik pada 1 Juni 2015 lalu dan mulai efektif digunakan sejak September 2015.
"Kami menciptakan tombol panik karena terinspirasi padatnya jumlah penduduk namun tidak diiringi dengan bertambahnya jumlah personel kepolisian," katanya.
Ia melanjutkan, cara satu-satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi guna melayani masyarakat agar merasa aman dan nyaman. Layanan berbasis aplikasi ini tidak memakan pulsa asalkan si pemilik handphone terlebih dahulu mendaftarkan nomor ponselnya ke Siantar Crisis Centre.
"Sejak Desember tahun lalu, tingkat kejahatan menurun drastis sejak layanan ini ditempatkan di lima titik keramaian publik," ujarnya