REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agenda peremajaan (replanting) perkebunan sawit rakyat harus dibarengi dengan penggunaan bibit unggul. Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit Bayu Krisnamurti mendorong agar perusahaan sawit swasta mendukung pengaplikasian teknologi penghasil bibit unggul sawit.
"Kita berkepentingan, karena dana sawit harus dialokasikan maksimal dan menjaga petani tidak mengalami kerugian akibat salah pilih bibit," kata dia seusai acara Penandatanganan Persetujuan Bantuan Peremajaan Kebun Sawit Rakyat di Ruang Pertemuan Gedung Pusat Informasi Agribisnis, Kementerian Pertanian (Kementan), Selasa (5/4).
Teknologi tersebut, lanjut dia, yakni Pencirian Genomik Berdasarkam Peta-Gen (genome mapping) tanaman sawit. Bayu menilai penemuan teknologi tersebut menjadi lompatan perbaikan yang besar dan diharapkan sejalan dengan program replanting.
Berdasarkan pengamatannya, hingga kini cukup banyak perkebunan khususnya rakyat yang betul-betul menderita karena kesalahan mengidentifikasi bibit. Sehingga ketika tanaman sawit berusia 10 tahun, produktivitasnya tetap rendah di kisaran 2-3 ton minyak per hektare.
Padahal dibandingkan dengan perkebunan swasta, profuktivitasnya sudah mencapai 5-7 ton minyak sawit per hektare. Masih ada gap yang besar dan harusnya segera diantisipasi. Ia bahkan menyarankan agar perkebunan rakyat melakukan replanting dini dan BPDP siap membantu dananya.
"Risiko bibit gagal masih sangat tinggi baik di perkebunan rakyat maupun swasta bisa mencapai 20-30 persen," katanya. Kondisi tersebut bisa mendatangkan kerugian berlipat karena bibit gagal baru bisa diidentifikasi setelah sawit berbuah pasca lima tahun.