REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mohammad Shohibul Iman mengungkapkan, pemecatan Fahri Hamzah berdasarkan arahan dari Dewan Pimpinan Tingkat Pusat PKS, Majelis Syuro, Wakil Ketua Majelis Syuro (WKMS), dan Presiden PKS.
Sebagai partai kader dan partai dakwah, PKS harus tampil karakteristik dengan kedisiplinan dan kesantunannya. Namun, Fahri Hamzah selama ini menunjukan sikap yang dianggap oleh PKS bersebelahan.
Pengajar FISIP Universitas Al Azhar Indonesia, Zaenal A Budiono menilai, pemecatan Fahri takkan banyak membantu PKS. Kebijakan itu belum tentu membuat PKS mendapat nilai tawar lebih secara elektabilitas dan etika.
"(PKS akan mendapatkan nilai tawar secara etika dan elektabilitas?) jawabnya belum tentu," kata Zaenal dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (4/4). (Ketua DPR: Fahri Hamzah Politikus Tegas dan Punya Prinsip).
Alasannya, kata Zaenal, pertama secara etika, sebagai partai Islam yang teduh dan jarang terdengar konflik terbuka, pemecatan Fahri ibarat 'tsunami politik' di PKS. Dengan kata lain, cara pemecatan Fahri terkesan kurang etis.
Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC) itu beranggapan, seharusnya ada mekanisme yang lebih halus untuk mencari jalan keluar dari kemelut internal partai menyoal Fahri Hamzah.
"Kalau partai lain yang dirundung konflik (bahkan lebih besar) bisa keluar dari kemelut, harusnya PKS bisa," katanya.
Selain itu, Zaenal beranggapan, PKS belum terbiasa dengan manajemen konflik secara internal. Hal tersebut dibuktika dengan jarang terjadi benturan kepentingan (dialektika) di internal partai.
DPP PKS menggunakan wewenangnya untuk memecat Fahri karena yang bersangkutan dianggap melanggar AD/ART. "Hanya secara etika, tetap lebih baik cara lain guna menjaga image partai," ujarnya.
Kedua, Zaenal melanjutkan, Fahri bukanlah politisi kemarin sore di PKS. Fahri adalah bagian dari faksi Anis Matta yang juga kuat. Sehingga ia beranggapan, pemecatan tersebut akan berdampak pada solidaritas PKS.
"Kita jangan melihat Fahri-nya semata, tapi kelompoknya yang juga terdiri dari dari orang-orang terdidik. Kekhawatiran saya, justru momen pemecatan ini akan membelah PKS," kata Zaenal.
Khususnya, dalam Pilkada serentak, serta pemilihan legislatif (Pileg) 2019 yang akan mengurangi kekuatan partai dalam mendapatkan suara. "Ingat, suara PKS yang lumayan baik di Pileg 2009 dan 2014 terjadi di era Fahri Hamzah dan faksinya," imbuhnya.
Zaenal menyebut, berita pemecatan Fahri bukan kabar yang mengejutkan. Ia mengaku sudah memprediksi adanya kejutan besar di PKS, pascamundurnya Sekjen Taufik Ridho. "Ternyata kejutan itu berupa dipecatnya Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah," kata dia.
Ia menyebut, secara aturan main, tidak ada yang dilanggar oleh DPP PKS. Mengingat, dalam UU MD3 Pasal 87, disebutkan, penggantian pimpinan DPR dan AKD sepenuhnya wewenang DPP.