Ahad 03 Apr 2016 15:53 WIB

Segudang Dampak Negatif dari Reklamasi Pantai Utara Jakarta

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Karta Raharja Ucu
Sebuah kapal melintasi lokasi yang akan dibangun Pulau G atau Pluit City dalam Reklamasi Teluk Jakarta di Pluit, Jakarta, Kamis (5/11).
Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Sebuah kapal melintasi lokasi yang akan dibangun Pulau G atau Pluit City dalam Reklamasi Teluk Jakarta di Pluit, Jakarta, Kamis (5/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat lingkungan Ubaidillah menuturkan, omong kosong jika reklamasi ditujukan guna merekrut tenaga kerja atau menambah lahan tempat tinggal baru.

"Itu mungkin-mungkin saja, tapi presentasenya kecil dibanding motivasi ekonomi," kata Dewan Pembina Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) DKI Jakarta ini kepada Republika.co.id, Ahad (3/4).

Di sisi lain, reklamasi pantai utara Jakarta akan menghadirkan segudang dampak negatif. Misalnya saja soal nasib nelayan yang sudah pasti akan digusur dan tidak mempunyai tempat tinggal atau tempat melaut.

Menurut mantan ketua umum WALHI DKI Jakarta ini menjelaskan, Di Jakarta, nelayan yang masih eksis hanya terdapat di dua titik yakni di Marunda dan Muara Angke. Dia mempertanyakan, jika lokasi tersebut dikepung pembangunan, maka harus kemana lagi mereka berlayar. Selain nelayan ikan, budi daya kerang di pinggir pantai pun terancam keberadaannya.

Belum lagi soal persoalan banjir, utilitas, kemacetan, air bersih, ruang terbuka hijau, perubahan iklim, dan sebagainya. Pemerintah, kata Ubaidillah hingga kini belum mampu menjawab persoalan tersebut. WALHI DKI Jakarta pun akan konsisten menolak reklamasi tersebut.

Qommarria Rostanti

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement