REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Pol Tito Karnavian menilai kelompok bersenjata ISIS lebih berbahaya dibanding kelompok Alqaidah.
"Mereka (ISIS) memiliki teritorial sehingga punya sistem dan network," kata Tito saat memberikan pemaparan pada Diskusi Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS di Kalangan Imam Masjid dan Dai Muda se-Jawa Tengah di Solo, Kamis (31/3), sebagaimana dikutip dalam siaran pers.
ISIS memiliki daerah untuk menerapkan dan membangun network itu seakan ISIS adalah Daulah Islamiyah yang ditunggu-tunggu sehingga banyak orang yang berangkat ke sana. "Dari Eropa, Afrika, Australia, Asia, bahkan dari Indonesia sudah lebih 500 orang berangkat sana," kata Tito.
Lebih berbahaya lagi, ISIS menggunakan doktrin takfiri dengan konsep tauhid. Artinya, bagi orang yang tidak menggunakan konsep mereka, dianggap boleh dihancurkan atau dibunuh.
"Kita dapat tumpahannya. Ingat tahun 2012 masjid di Cirebon meledak oleh bom bunuh diri saat Shalat Jumat. Kalau Jamaah Islamiyah tidak melakukan itu, tapi bagi ISIS bisa melakukan itu kepada orang-orang yang tidak mau ikut mereka," jelas Tito.
Menurut dia, BNPT harus bekerja keras untuk membendung masuknya paham ISIS ke Indonesia. Apalagi ISIS telah menggunakan network atau jaringan untuk melancarkan aksi dan merusak ideologi bangsa.
Munculnya internet, membuat ideologi ISIS semakin keras dan memunculkan adanya self radicalitation atau menjadi radikal tanpa guru. Juga munculnya fenomena lone wolf yaitu berani melakukan serangan sendirian, seperti seekor serigala.
"Dalam konteks ini, ideologi bisa kalah hanya dengan ideologi itu sendiri.?Ideologi tidak bisa kalah dengan kekerasan. Itulah yang menjadi dasar BNPT dalam menjalankan pencegahan di Indonesia, termasuk menggandeng imam masjid dan dai muda untuk memenangkan perang ideologi dan agama," katanya.