REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU --Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru sebanyak 22 titik panas yang mengindikasikan terjadinya kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) di Provinsi Riau.
Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin di Pekanbaru, Kamis mengatakan, berdasarkan pencitraan modis satelit Terra dan Aqua pada pukul 05.00 WIB ke 22 titik panas terdeteksi di tujuh kabupaten dan kota se Riau.
"Tiga wilayah dengan jumlah titik panas terbanyak adalah Dumai dan Rokan Hilir masing-masing enam titik dan Bengkalis lima titik," katanya.
Sementara itu, lima titik panas lainnya menyebar yakni dua di Pelalawan dan satu titik masing-masing di Indragiri Hilir (Inhil), Indragiri Hulu (Inhu) dan Meranti. Ia mengungkapkan lonjakan titik panas itu tidak hanya terpantau di Riau, namun juga di sejumlah provinsi di Sumatera.
Secara keseluruhan ada 63 titik panas di Sumatera. Selain 22 titik di Riau, di Kepulauan Riau terpantau 16 titik, Aceh sembilan titik, Sumatera Utara 14 titik serta Sumbar dua titik panas.
Sementara itu, dari 22 titik panas di Riau, delapan diantaranya dipastikan sebagai titik api atau mengindikasikan adanya Karlahut dengan tingkat kepercayaan diatas 70 persen. Ke tujuh titik api terpantau di Bengkalis tiga titik, Dumai dua titik dan satu titik masing-masing Pelalawan dan Indragiri Hulu.
Keberadaan puluhan titik panas di Riau terpantau sejak Rabu lalu (29/3) lalu. Akibatnya, jarak pandang di sejumlah wilayah terpantau menurun berkisar antara 4-6 Kilometer. Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin menjelaskan sejumlah wilayah pesisir Riau saat ini cukup rawan terjadi Karlahut lantaran intensitas hujan sangat sedikit.
"Kita "warning" yang di sana, kondisi cukup panas, temperatur tinggi sehingga kebakaran berpotensi meluas dengan mudah," ujarnya.
Selain itu, kondisi Geografis di wilayah tersebut yang berada berbatasan dengan laut juga akan mempersulit untuk melakukan pemadaman karena kondisi angin yang cukup kuat.