REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sedikitnya 1.200 awak truk angkutan batu bara terancam kehilangan mata pencaharian mereka. Hal itu menyusul adanya rencana penutupan aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon dalam beberapa hari mendatang.
"Jika penutupan jadi dilakukan, maka ribuan awak kami bisa kena PHK," ujar Ketua Asosiasi Angkutan Khusus Pelabuhan (Angsuspel), Sukirno, Rabu (16/3).
Sukirno menyebutkan, selama ini ada sekitar 600 truk pengangkut batu bara yang beroperasi di Pelabuhan Cirebon. Setiap truk, terdiri dari sopir dan kernetnya. Itu berarti, awak truk pengangkut batu bara sedikitnya ada 1.200 orang. Jumlah itu belum termasuk pekerja lainnya yang mendukung terhadap angkutan batu bara.
Seperti diketahui, berdasarkan surat dari Dirjen Perhubungan Laut, aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon akan ditutup dalam waktu kurang dari dua minggu kedepan. Hal itu menyusul adanya protes dari warga sekitar terhadap debu batu bara yang mengganggu kesehatan mereka.
Sementara itu, dari sepuluh rukun warga (RW) di Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, ada satu RW yang tetap bersikukuh menolak bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon, yakni RW 01.
"Pokoknya kami tetap menolak bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon," tegas Ketua RW 01 Kelurahan Panjunan, Jafar Sidik.
Jafar menyatakan, aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon selama ini telah menyebabkan debu batu bara beterbangan hingga ke pemukiman mereka. Hal tersebut akan bertambah parah saat musim kemarau dan angin kencang.
"Demi masa depan anak-anak kami, maka kami tetap menolak bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon," tegas Jafar.