REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Langkah sejumlah politisi di DPR yang hendak memperberat syarat calon independen diduga sebagai upaya menjegal Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melenggang kembali ke pertarungan DKI 1.
Politikus NasDem, Ahmad Sahroni mengatakan saat ini berbagai upaya 'serangan' kerap mengarah ke pria yang disapa Ahok ini. Salah satu serangan tersebut dilancarkan lewat pemberatan syarat maju calon independen.
"Para kompetitor sedang panik karena hingga kini Ahok masih diunggulkan untuk kembali memimpin ibu kota," ujarnya di Jakarta (16/3).
Namun anggota Komisi XI DPR ini menilai upaya penjegalan itu akan percuma. "Karena warga sudah terlanjur jatuh cinta sama Ahok," kata Sahroni. Serangan ini juga membuktikan Ahok merupakan figur yang baik dan kuat bagi para pesaingnya.
Bukti lain bahwa Ahok masih dicintai warga DKI Jakarta tergambar dari Teman Ahok yang hampir berhasil mengumpulkan satu juta data KTP. Dukungan Ahok, kata Sahroni, sudah tak bisa dibendung lagi.
Upaya memperberat syarat dukungan calon independen itu justru akan semakin memperburuk citra partai politik di mata publik. Menurut dia, lebih baik para parpol fokus menyiapkan figur yang bisa mengimbangi Ahok ketimbang energinya habis untuk menyerang mantan Bupati Belitung Timur itu.
Seperti diberitakan sebelumnya, DPR lewat Komisi II sedang menggodok draft rancangan undang-undang (RUU) Pilkada. Revisi UU Nomor 8 Tahun 2015 ini diduga untuk menjegal calon kepala daerah yang hendak maju melalui jalur independen.
Bagaimana tidak, syarat awal calon perseorangan di tingkat provinsi yang tadinya hanya 6 hingga 10 persen hendak dinaikkan menjadi 20 persen dari keseluruhan jumlah pemilih.