REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota Bekasi, Jawa Barat, mencatat sebanyak 633 dari 990 koperasi di wilayah setempat bangkrut.
"Jumlah itu berdasarkan data yang kami himpun hingga Maret 2016," kata Sekretaris Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM, Dedet Kusmayadi di Bekasi, Rabu (16/3).
Menurut dia, penyebab usaha koperasi itu bangkrut akibat pihak pengelola yang tidak memiliki program dan permodalan yang kuat. "Pada 2016 yang terdata oleh kami ada 633 koperasi yang sudah tidak aktif. Biasanya, mereka kalah modal dan tidak memiliki program yang jelas selama pendiriannya," katanya.
Dikatakan Dedet, jumlah koperasi yang masih aktif saat ini hanya 357 koperasi yang tersebar di 12 kecamatan setempat.
Dedet mengatakan, permasalahan yang dihadapi koperasi sejauh ini adalah terkait dengan program manajemen kerja para pengelolanya.
"Koperasi yang gagal itu biasanya hanya bagus pada program kerja awalnya saja, namun ke depannya sebagian koperasi kekurangan program sehingga tidak efektif dan bangkrut," katanya. Program kerja yang dimaksud adalah pengolahan perputaran uang di antara para anggota yang tidak konsisten.
Sebenarnya, kata Dedet, untuk modal koperasi bisa saja diambil dari iuran anggota atau mencari sumber dana yang tidak mengikat untuk keperluan tambahan anggaran permodalan. "Mereka bisa saja melakukan kerja sama dengan pihak lain yang tidak mengikat untuk bisa mendapat suntikan modal," katanya.
Sejauh ini pemerintah daerah konsisten mendorong bantuan modal untuk koperasi yang disalurkan melalui Dewan Koperasi Indonesia Daerah (Dekopinda) Kota Bekasi. Untuk 2016, kata dia, modal yang diberikan sebesar Rp 200 juta melalui Dekopinda kepada pengelola koperasi.