Jumat 04 Mar 2016 15:41 WIB

Legislator Ini Sebut Penutupan Lokalisasi Prostitusi Jadi Bom Waktu

Kawasan bekas lokalisasi itu kini terlihat sepi, gelap, bau, dan kosong bak sebuah kota mati. Tak tampak lagi kerlap kerlip lampu dan alunan musik dangdut yang saling bersahutan. Tak tampak lagi geliat kehidupan siang dan malam di sisi timur bantaran Kanal
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Kawasan bekas lokalisasi itu kini terlihat sepi, gelap, bau, dan kosong bak sebuah kota mati. Tak tampak lagi kerlap kerlip lampu dan alunan musik dangdut yang saling bersahutan. Tak tampak lagi geliat kehidupan siang dan malam di sisi timur bantaran Kanal

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO --  Anggota Sekretaris Komisi D DPRD Banyumas Yoga Sugama mengklaim penutupan lokalisasi bisa menjadi bom waktu dan memicu bahaya laten yang dapat meresahkan masyarakat

"Saya membaca 'running text' di salah satu televisi swasta yang menyebutkan bahwa Indonesia menargetkan bebas dari lokalisasi pada tahun 2019," katanya kepada Antara di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat.

Dia menilai target tersebut bagus dalam rangka pembenahan namun tetap harus melihat kearifan lokal. Dalam hal ini, dia mencontohkan lokalisasi Gang Sadar di Baturraden, Kabupaten Banyumas.

Akan tetapi, kata dia, Banyumas jangan disamakan dengan Kalijodo di Jakarta maupun Dolly di Surabaya. "Banyumas khususnya Purwokerto merupakan kota pelajar. Di sana ada 10 perguruan tinggi, dua di antaranya perguruan tinggi negeri," katanya.

Menurut dia, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Purwokerto itu rentan terhadap praktik prostitusi terselubung atau laten. "Kalau dia (pekerja seks komersial, red.) masuk ke rumah-rumah kos, melakukan praktik prostitusi terselubung, kan repot. Kalau kita ikut-ikutan menutup lokalisasi bisa menjadi bom waktu, hanya mengalihkan permasalahan, kelihatannya di sana (bekas lokalisasi, red.) tidak ada tapi ternyata menyebar," jelasnya.

Ia mengatakan jika praktik prostitusi terselubung yang muncul pascapenutupan lokalisasi itu terjadi maka pengawasannya akan lebih sulit.

Dengan adanya lokalisasi, kata dia, orang-orang yang memang "doyan" pasti akan datang ke sana sehingga mudah terpantau. Adapun orang yang setengah-setengah akan malu untuk mendatanginya.

Baca juga, Cerita Adik Wanita Penghibur di Kalijodo, 'Kakak Saya Ngakunya Kerja di Jakarta'.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement