REPUBLIKA.CO.ID, Muhammad Alfatih Timur menjadi salah satu dari 17 nama yang masuk dalam "30 Under 30 Asia" 2016 versi majalah Forbes bulan Februari. Alfatih bersama ratusan anak muda Asia lainnya dianggap sebagai pemimpin muda menjanjikan.
Pemuda berusia 24 tahun itu adalah salah satu pendiri laman kitabisa.com. Namanya tercantum pada kategori Social Enterpreuners. ''Jujur saja, saya tidak menyangka nama Muhammad Alfatih bisa menjadi salah satunya,'' katanya, Jumat (26/2).
Alfatih mendapat surat elektronik resmi dari Forbes sekitar dua pekan sebelum proses seleksi berlangsung. Majalah ini kemudian memutuskan nama Alfatih masuk dalam daftar, sejajar dengan nama lain dari Malaysia, Singapura, Jepang, dan India.
Ia merasa bangga menjadi pengusaha Muslim yang berpengaruh di dunia. Meski demikian, Alfatih tetap merasa menanggung 'beban'. "Bebannya bukan bermakna negatif, tapi lebih pada bertanggung jawab," jelas Alfatih.
Kepercayaan Forbes memberinya kesempatan untuk membuktikan kontribusi Indonesia terhadap masyarakat dunia. Nama Alfatih memang pantas masuk ke dalam daftar tersebut. Bisnis sosial yang ia jalankan bersama tim menekankan kesejahteraan dan menolong banyak orang.
Laman kitabisa.com lahir dari gerakan relawan yang dibina Alfatih bersama rekan-rekannya demi membantu sesama. Setelah rilis secara live pada 2013 melalui platform desktop, kitabisa.com menarik banyak pengunjung dunia maya.
Laman ini berguna bagi mereka yang membutuhkan pertolongan. Seperti, kisah dua pekan lalu ketika seorang perempuan dhuafa penderita kanker payudara mendapat donasi. Total penggalangan dana menembus angka Rp 600 juta rupiah, tertinggi sepanjang sejarah laman ini.
Alfatih menuturkan, platform ini sama seperti cara kerja e-commerce, tapi bukan lapak jual beli. "Kami mempertemukan antara penggalang dana dengan donatur," jelas dia. Laman ini ibarat fasilitas yang bisa digunakan secara bebas, tapi bersyarat.
Pengguna bisa mengumpulkan dana untuk membantu pengobatan seseorang, bencana alam, atau permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan. Donatur juga berasal dari banyak kalangan, termasuk selebritas.
Perusahaan yang baru resmi menjadi PT Kita Bisa Indonesia pada tahun lalu ini memang mengenakan charge dari dana yang terkumpul. Tapi, hanya sebesar lima persen dari total pendanaan. Meski demikian, inti dari bisnis sosial tetap menjadi poin utama.
Berkantor pusat di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, kitabisa.com sudah berhasil menggalang dana senilai Rp Rp 9,3 miliar. Hebatnya, dana tersebut bisa terkumpul hanya dengan mengandalkan personel dengan jumlah hitungan jari.
Kini, kitabisa.com memiliki 10 tenaga full time dibantu satu orang pekerja paruh waktu. Alfatih berpendapat, social entrepreneur yang mengandalkan inovasi dan teknologi masih berpeluang tinggi di masa mendatang.