Jumat 26 Feb 2016 17:08 WIB

Mencari Wajah Realitas Sosial dalam Serial Televisi 'Anak Jalanan'

Red: M Akbar
adegan serial tv anak jalanan
Foto:

Sangat mungkin realitas yang sesungguhnya terjadi dalam masyarakat "lebih dramatis" daripada kisah yang diangkat dalam serial TV. Dalam konteks ini, serial "Anak Jalanan" berusaha memotret realitas sosial di kalangan remaja yang saat ini harus diakui semakin kompetitif dalam lingkungan sosial yang keras.

Kalau dilihat secara berimbang, tumbuhnya geng motor sama menjamurnya dengan berkembangnya komunitas bikers. Sepeda motor yang berkapasitas mesin sedang dan besar berlalu lalang di mana-mana. Adrenalin dipacu bersama deru mesin dan laju roda kendaraan roda dua ini.

Dengan setting ini, sosok Boy yang diperankan Stefan William menemukan momentumnya untuk menjadi ikon baru remaja yang tangguh, jantan, dan memiliki karakter dasar yang positif. Publik pemirsa, terutama remaja, juga sedang memimpikan lahirnya bintang di arena balap otomotif internasional.

Setting ini menemukan momentum yang tepat dalam merebut perhatian pemirsa. Dimulai dengan debut para pembalap muda kita di arena balap mobil, khalayak terutama remaja juga sedang mengikuti perkembangan beberapa pembalap muda Indonesia yang diproyeksikan dalam jangka panjang akan mampu merintis prestasi di MotoGP.

Besarnya pasar Indonesia bagi industri otomotif tentu saja sangat menarik sehingga pembalap-pembalap besar dunia sekelas Valentino Rossi didatangkan untuk menyapa penggemarnya di negeri ini. Bagaimanapun, serial TV adalah jembatan antara fantasi dan realitas sosial.

Fantasi untuk membalap di ajang internasional bertemu dengan realitas "balapan liar" yang muncul karena bakat yang tidak terfasilitasi. Mencermati benang merah kisah dalam serial "Anak Jalanan" membawa kita pada realitas klasik kesenjangan hubungan anak dan orang tua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement