Jumat 26 Feb 2016 17:08 WIB

Mencari Wajah Realitas Sosial dalam Serial Televisi 'Anak Jalanan'

Red: M Akbar
adegan serial tv anak jalanan
Foto:

Serial TV masih menjadi tayangan yang dominan ditonton publik di Tanah Air. Hal itu tampak dalam perolehan rating dan sharing penonton yang dirilis AGB Nielsen. Data tanggal 20 Februari 2016 masih menempatkan serial TV "Anak Jalanan" di top rating dengan 6,4 dan sharing 29,5.

Angka survei tersebut menunjukkan bahwa 6,4 persen dari seluruh pemilik televisi menonton acara tersebut. Dan, pada 29,5 persen pemirsa yang sedang menonton pada jam tersebut berada di saluran RCTI yang sedang menayangkan program tersebut.

Mengapa serial TV "Anak Jalanan", misalnya, menjadi tayangan yang laku dan bertahan di top rating selama lebih dari empat bulan? Tentu, karena serial itu menarik bagi penikmat setianya. Secara keseluruhan, serial tersebut mampu menghibur penonton, baik dari sisi cerita, karakter tokoh, maupun penggarapannya secara sinematografis.

Analisis yang lebih dalam dan tajam untuk mengetahui keunggulan sebuah tayangan, tentu memerlukan riset dan kajian tersendiri. Yang jelas sinteron besutan Akbar Bhakti ini sukses secara komersial.

Yang pertama patut dicermati adalah, apakah serial "Anak Jalanan" bisa menangkap realitas sosial yang berkembang dalam masyarakat kita. Sebagaimana program berita dan program nondrama lainnya, serial atau drama televisi tidak dibuat di ruang hampa. Kisah dalam serial televisi, pada umumnya berusaha menangkap dan merefleksikan realitas sosial yang paling aktual.

Hal ini akan mendekatkan segala yang terkait dengan serial tersebut dengan suasana batin pemirsanya. Hilman Hariwidjaya sebagai penulis skenario serial ini tidak disangsikan memiliki kepiawaian dalam mengangkat sosok karakter yang mewakili remaja dan anak muda. Sebagaimana ia pernah melahirkan Lupus yang fenomenal dan melekat di benak generasi pembaca novel dan penggemar serialnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement