Selasa 16 Feb 2016 18:26 WIB

Kasus Kekerasan Seksual Anak dan Perempuan di Jabar Naik

Rep: Riga Iman/ Red: Winda Destiana Putri
Kekerasan anak
Foto: myhealing.wordpress.com
Kekerasan anak

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Jumlah kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di Provinsi Jawa Barat setiap tahunya mengalami kenaikan.

Hal ini harus menjadi perhatian semua pihak dalam upaya menekan kasus tersebut. "Kasus kekerasan anak khususnya seksual trennya naik tajam," ujar Netty Prasetiyani Heryawan, yang kini menjabat Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat di Sukabumi, Selasa (16/2).

Hal tersebut didasarkan data yang dihimpun P2TP2A Jabar.  Di mana, dalam lima tahun terakhir tercatat sebanyak 523 kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di mana di dalamnya termasuk kekerasan anak dan perempuan.

Kasus kekerasan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perdagangan manusia atau trafficking. Pada 2015 lalu, kata Netty tercatat sebanyak 79 kasus kekerasan seksual anak di Jabar. Sementara kasus trafficking hanya sebanyak 21 dan kasus KDRT sebanyak 28 kasus.

Naiknya kasus kekerasan anak terang Netty disebabkan adanya penelantaran anak oleh orantua. Dalam artian orangtua tidak mampu memberikan perlindungan kepada anak.

Terlebih kata Netty, berdasarkan data yang dihimpun pelaku kekerasan anak sekitar 70 persen adalah orang terdekat khususnya keluarga.

Sementara sebanyak 20 persen berasal dari tetangga dan sepuluh persen dilakukan orang tak dikenal.Ke depan ungkap Netty, P2TP2A berharap peran keluarga jangan sampai tergantikan dengan acara televisi maupun alat komunikasi.

Harapannya, antara orangtua dan anak bisa terjalin komunikasi yang baik. Hal ini untuk menghindari terjadinya kasus kekerasan anak dan seks bebas.

"Khusus untuk korban kekerasan seksual anak harus diberikan pendampingan yang berkesinambungan," cetus Netty.

Proses pendampingan tidak bisa selesai dalam waktu satu hingga beberapa bulan. Hal ini untuk mencegah korban kekerasan seksual pada 15-20 tahun mendatang bermetamorfosis menjadi pelaku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement