REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 80 orang telah meninggal dunia karena demam berdarah (DBD) dari awal 2016. Ketua Komisi IX DPR RI, Dede Yusuf mengatakan setiap tahun penyakit DBD memang selalu ada. “Setiap tahun, atau pancaroba cenderung banyak nyamuk (pembawa penyakit DBD),” kata dia, Selasa (16/2).
Selain karena pancaroba, nyamuk aedes aegypti juga banyak berkembangbiak di lingkungan yang kotor. Karena itulah, masyarakat diimbau agar ikut berperan dalam mencegah berkembangbiaknya nyamuk pembawa penyakit itu.
“(Caranya) kerja sama dengan masyarakat agar mengawasi lingkungannya dengan baik dan benar. Kemudian memberikan vitamin kepada anak-anak. Jadi di masing-masing keluarga itu harus ada pemantau jentik nyamuk," katanya.
Namun memang harus secara rutin memeriksa genangan air dan seterusnya. Dede juga menekankan agar Pemerintah Daerah (Pemda) juga jangan pernah menolak pasien-pasien yang terkena DBD. Sehingga mereka yang terkena penyakit ini, dapat dilayani dengan cepat.
Dede menerangkan dana untuk mencegah penyebaran nyamuk Aides Aigepty sudah ada. Dana tersebut digunakan untuk fogging, pemberian bubuk abate dan sosialisasi kepada masyarakat.
Fogging atau pengasapan, kata Dede sebenarnya untuk semua jenis nyamuk termasuk selain nyamuk pembawa demam berdarah. Selanjutnya masyarakat juga akan diberikan sosialisasi untuk menjaga kebersihan lingkungannya. “Tadi kita sudah ada rapat kerjanya dan menghasilkan beberapa rekomendasi, bagaimana pemerintah harus mengantisipasi DBD,” imbuhnya.
Mengenai anak-anak yang rentan terkena DBD, biasanya menyerang mereka yang jarang berolahraga dan cederung gemuk. Sementara untuk mereka yang sering berolahraga dan selalu berkeringat, kemungkinan terserang DBD sedikit.