REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan membangun Museum Gedung Sate dilengkapi teknologi super canggih pada 2017 mendatang.
Saat ini Pemprov tengah mengumpulkan data terkait sejarah Gedung Sate untuk melengkapi koleksi museum nantinya.
Menurut Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, museum Gedung Sate akan dibangun di kawasan komplek perkantoran Gedung Sate. Dengan memanfaatkan ruang bawah tanah Gedung Sate.
Sebagai tahap awal, kata Deddy, tahun ini tengah disiapkan detail enginering desain (DED) dari museum tersebut. Selain itu, pihaknya juga dengan dibantu sejumlah pihak mulai mengumpulkan dan menyusun data-data sejarah dan informasi lainnya terkait Gedung Sate.
"(Rencana) ini sudah lama sekali, dari 2014, lalu 2015 masih belum terwujud. 2016 belum juga, " ujar Deddy kepada wartawan akhir pekan lalu.
Oleh karena itu, kata dia, sekarang disiapkan, agar 2017 museum Gedung Sate dapat terwujud. Konsep museum, akan dibangun melalui pendekatan teknologi digital.
Dengan begitu tidak akan membutuhkan ruangan besar. Karena Gedung Satenya sendiri telah menjadi ruang museum yang memiliki nilai-nilai sejarah.
"Dengan pendekatan teknologi mutakhir, tidak memakan ruang besar. Tapi berbagai informasi soal Gedung Sate bisa kita dapat," katanya.
Untuk mendukung terwujudnya museum ini, kata Deddy, diperlukan data yang sangat akurat. Karena, banyak sekali penelitian dan artefak sejarah yang memuat tentang Gedung Sate.
"Ada konsultan membantu (mengumpulkan data) ini. Supaya tidak tersesat. Kita juga dikasih akses buka web perpustakaan Leiden University di Belanda," katanya.
Pemprov Jabar menargetkan, kata dia, proses pembangunan museum ini bisa dilakukan Februari 2017 mendatang dengan kebutuhan anggaran mencapai Rp16 miliar. Tahun ini, pihaknya akan menyempurnakan DED nya terlebih dulu.
"Ini mungkin bisa jadi museum tercanggih di Indonesia. Semua informasi Gedung Sate kita bisa dapatkan. Gambar, tulisan, film akan kita dapat seperti museum -museum terkemuka di dunia," katanya.
Di lokasi yang sama penasihat pembangunan Museum Gedung Sate asal Leiden University Nico Van Horn mengatakan, akan membantu mencari dan mengumpulkan data sejarah Gedung Sate. Pihaknya, akan memberikan setiap data yang dimiliki karena data tersebut merupakan milik warga Indonesia juga.
"Kami punya arsipnya silahkan jika ingin ke Belanda. Dan kami tidak mengklaim ini milik kami," katanya.
Nico mengatakan, punya data tentang surat putusan pembangunan Gedung Sate. Surat ini juga memuat alasan pembangunan dimana Pemerintah Hindia Belanda memindahkan kantor pemerintahan dari Batavia ke Bandung.
Menurutnya, masyarakat Indonesia mesti bangga dan menghargai Gedung Sate. Sebab, terdapat informasi adanya seorang insinyur lokal yang terlibat dalam pembangunan gedung heritage tersebut. Selain itu, bahan-bahan utama seperti batu didatangkan dari daerah yang ada di Jabar seperti dari Padalarang (Kabupaten Bandung Barat).
"Kalau besi-besi besarnya di impor dari Belanda, tapi bahan lainnya dari lokal. Tenaga kerjanya juga orang-orang lokal," katanya.