Rabu 10 Feb 2016 14:01 WIB

Ketika Guru Harus Berteriak di Depan Istana Negara

Rep: C18/ Red: Ilham
Demo guru honorer yang tergabung dalam PGRI.
Foto: detik.com
Demo guru-guru honorer depan Istana Presiden beberapa waktu lalu

Datang ke Ibu Kota, Dwi mengaku harus mempersiapkan diri dengan baik. Berangkat pada Selasa sekitar pukul 05.00 pagi, Dwi bersama satu orang rekan dari SD 1 Kediri langsung berkumpul bersama demonstran lain di halaman Masjid Istiqlal sekira pukul 08.00 pagi. Bersama rekan-rekan tenaga honorer lain, Dwi kemudian bertolak ke Istana Negara.

Bekerja sebagai pegawai honorer dirasa tidak mudah wanita 46 tahun ini. Meski enggan mengungkapkan besaran rupiah yang diterima setiap bulan, Dwi mengaku penghasilannya masih minim. "Kalau honor mah nggak usah dibicarain deh, yang jelas saya ke sini cuma mau nuntut kejelasan dari pemerintah," kata Dwi.

Senada dengan Dwi, Asep Eka Nugraha juga memiliki keresahan yang sama. Datang dari Tasikmalaya, tenaga honorer yang sudah aktif bekerja sejak 2005 ini menuntut kejelasan yang akan membawa kepada kesejahteraan tenaga honorer.

"Kalau dirata-rata upah tenaga kerja honorer sekitar Rp 250 ribu dengan upah minimal Rp 50 ribu," katanya.

Dengan penghasilan tersebut, Eka harus membagi penghasilan yang dimikikinya tak hanya untuk kebutuhan sehari-hari, tapi juga untuk membiayai sekolah pascasarjana yang tengah dia jalani.

Beruntungnya, guru di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Tasikmalaya ini tidak mendapatkan kesulitan untuk sampai di Ibu Kota. Mulai dari kepala sekolah dan PGRI di Tasikmalaya mendukung aksi unjukrasa yang dilakukannya.

"Dinas dan sekolah tidak mempermasalahkan lah, itukan untuk memperjuangkan hak kita," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement