REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Korban meninggal akibat penyakit difteri yang menjalani perawatan di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon, terus bertambah. Dengan demikian, difteri telah menewaskan empat orang dan belasan lainnya masih menjalani perawatan intensif.
Korban bernama Burhanudin (15 tahun), warga Kabupaten Majalengka. Dia meninggal pada Sabtu (6/2) sekitar pukul 03.10 WIB.
Korban baru menjalani perawatan di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon pada Jumat (14/2). Korban dirawat di rumah sakit itu bersama tiga kerabatnya yang juga positif difteri. ''Jadi total (korban tewas) akibat difteri mencapai empat orang,'' kata Direktur RSUD Gunung Jati Cirebon, Heru Purwanto kepada Republika.co.id, Sabtu (6/2).
Tiga korban tewas akibat difteri lainnya merupakan warga Blok Puhun, Desa Sampih, Kecamatan Susukan Lebak, Kabupaten Cirebon.
Dengan bertambahnya korban meninggal dunia, maka pasien difteri yang masih menjalani perawatan intensif di RSUD Gunung Jati Cirebon tinggal 16 orang. Dari 16 orang itu, sepuluh pasien berasal dari Blok Puhun. Sedangkan tiga pasien lainnya berasal dari Desa Luwung, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon dan tiga pasien berasal dari Kabupaten Majalengka.
Serangan difteri pertama kali diketahui dari empat warga yang masih satu keluarga asal Blok Puhun akhir Desember 2015. Dari empat orang itu, tiga di antaranya meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan di RSUD Gunung Jati Cirebon.
Difteri kemudian menyebar kepada sejumlah warga lainnya, yang diketahui masih kerabat dan sempat berinteraksi dengan empat orang tersebut.
Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon menetapkan difetri di Kabupaten Cirebon sebagai kejadian luar biasa (KLB). ''(Dengan ditetapkan sebagai KLB) Pengobatan serta perawatan para pasien difteri yang dirawat di RSUD Gunung Jati, ditanggung Pemkab Cirebon,'' kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, M Sofyan.
Selain itu, sebagai tindak lanjut penetapan KLB, wilayah Blok Puhun diisolasi. Bahkan, orang tua dan kerabat yang menunggui penderita difteri di rumah sakit juga sementara ini dilarang pulang. ''Biaya hidup orang tua serta kerabat pasien yang ikut menunggui di rumah sakit juga ditanggung Pemkab Cirebon,'' kata Sofyan.