Senin 01 Feb 2016 23:11 WIB

Sleman Fokus Antisipasi Tiga Serangan Hama

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petani mencabuti hama rumput liar di persawahan yang ditanami padi di kawasan Batu Ceper, Tangerang, Banten, Kamis (7/1).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Petani mencabuti hama rumput liar di persawahan yang ditanami padi di kawasan Batu Ceper, Tangerang, Banten, Kamis (7/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pada cuaca ekstrem awal tahun ini, berbagai serangan hama padi terjadi di beberapa kecamatan Kabupaten Sleman. Guna mengantisipasi kerugian, Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan (DPPK) Sleman telah menyiapkan penanggulangan terhadap tiga jenis hama.

Di antaranya melalui pengadaan pestisida dan beberapa alat untuk membasmi binatang pengganggu. "Di gudang kami sudah sediakan pestisida dan racun tikus. Semuanya siap digunakan. Ada tiga hama utama yang kami antisipasi, yaitu wereng, tikus, dan hama putih," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura DPPK Sleman Edy Sri Harmanta pada Republika, Senin (1/2). Pengadaan untuk program antisipasi hama sendiri mencapai sekitar Rp 50 juta.

Selain itu, guna menunjang kebutuhan para petani, DPPK telah menyiapakan benih bersubsidi dari Kementerian Pertanian untuk 1.750 hektar lahan pesawahan. Namun begitu, jumlah benih bersubsidi yang disediakan akan tergantung pada pengajuan kelompok tani. Sebab menurut Edi, saat ini banyak petani yang sudah mampu membeli benih sendiri.

Di samping itu, ia mengakui terjadinya serangan hama putih pada lima hektar lahan sawah di Kecamatan Berbah. Namun, katanya, kasus ini sudah ditangani petugas dengan memberikan pestisida. "Sebenarnya kalau didiamkan saja, padinya bisa pulih sendiri. Masih ada kemungkinan untuk panen, kan ini umur tanamnya baru satu bulan," papar Edi.

Ia mengemukakan, serangan hama putih terhadap padi yang masih berusia myda tidak akan berdampak signifikan terhadap hasil panen. Sebab proses pertumbuhannya masih berlangsung. Kecuali jika buah padi sudah berisi, maka hama putih bisa merusak kandungan berasnya.

Edi optimis tanaman padi di Berbah dapat dipanen secara keseluruhanan. Sedangkan di daerah Mlati, menurutnya, tanaman padi sudah dipanen. Di Ngemplak tidak ada laporan kerusakan pesawahan. Sementara di Prambanan pun sempat terkena hama putih. Namun sudah ditangani petugas DPPK setempat.

Ketua Gapoktan Agro Jogotirto Mandiri Berbah Mariyadi mengatakan, pertanian di wilayahnya tidak mengalami kendala pasokan air. Namun cucaca yang tidak menentu membuat petani khawatir terhadap munculnya potensi serangan hama jamur.

"Serangan jamur ini bisa terjadi akibat gangguan cuaca. Potensinya sangat besar dan bisa berdampak pada penurunan kualitas tanaman padi,” ujarnya.

Sementara itu, petani padi di Duwet, Sendangadi, Mlati, Tasiyo (53) mengemukakan, akibat kekurangan pasokan air, tanaman padi seluas 900 meter persegi miliknya rusak. Akibatnya ia mengalami kerugian jutaan rupiah karena tidak bisa memanen musim ini.

"Seluruh padi saya diserang walang sangit dan angin. Rusak semua, tidak bisa panen," kata Tasiyo. Ia menjelaskan, kerusakan lahan pertanian padi terjadi merata di wilayahnya. Sekitar lima hektare luas pertanian padi di sana juga mengalami kerusakan.

Selain di kawasan Sendangadi, kerusakan lahan pertanian padi juga terjadi di wilayah Kayen, Widomartani, Ngemplak. Lahan pertanian di wilayah tersebut kekurangan pasokan air, sehingga batangnya tidak tumbuh dengan sempurna.

"Pasokan airnya kurang. Padahal awal musim tanam padi perlu pasokan air yang cukup. Kalau cuma hujan sehari ya jelas tidak cukup," kata petani di Kayen, Prayitno (47).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement