Senin 01 Feb 2016 22:51 WIB

Batang Kembangkan Alat Pengolah Sampah Jadi Pupuk Kompos

Rep: Lintar Satria/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pupuk kompos
Pupuk kompos

REPUBLIKA.CO.ID, BATANG -- Permasalahan pengelolaan sampah di Indonesia menjadi isu yang sangat penting. Saat ini sampah belum dapat tertangani secara tuntas oleh hampir seluruh Pemerintah Daerah kabupaten/kota di Indonesia.  

Timbulan sampah yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Penggunaan plastik ini di masyarakat dipandang hanya dari segi kepraktisan dan harganya yang murah, namun mempunyai potensi dampak ke lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik dan benar.

Anak muda di Kabupaten Batang, berinisiatif membuat alat pengolahan limbah pasar menjadi pupuk organik.

"Anak-anak muda kreatif kami yang merupakan siswa SMA yang didampingi oleh seorang guru yang membuat alat pengolahan limbah pasar menjadi pupuk organik, mereka anak muda luar biasa kreatif dengan inovasi. Alatnya mereka buat sendiri. Ini sangat dibutuhkan saat ini," kata Bupati Batang, Jawa Tengah, Yoyok Riyo Sudibyo saat dihubungi Republika, Senin (1/2).

Yoyok mengatakan saat ini ia sedang menyiapkan perangkat aturan, agar pengolahan pupuk organik ini dapat menjadi pilot projek. Sehingga, setiap kecamatan memiliki satu pengolahan, agar limbah pasar dapat dikurangi jumlahnya.

"Hari ini saya mengunjungi kelompok ini karena mention di akun twitter saya. Saya merasa hal ini penting untuk dikembangkan untuk Kabupaten Batang ke depannya," katanya.

Yoyok mengatakan sudah puluhan tahun Kabupaten Batang mengandalkan tempat pembuangan akhir. Menurutnya hal ini tidak bisa terus-menerus dilakukan karena berbahaya untuk masyarakat. Selain itu lahan-lahan produktif yang dapat dijadikan lahan pertanian  dapat tergerus karena dibangun TPA.

Hendri, pembimbing karang taruna pengolahan sampah di Kabupaten Batang menjelaskan alat pengolah sampah menjadi pupuk kompos bekerja. Hendri mengatakan alat ini akan mencacah semua sampah hijau dan mensortirnya dari sampah-sampah yang tidak dapat diolah. Ia ingin mengembangkan alat ini sampai pada proses pengeringan karena saat ini pengeringan masih menggunakan panas matahari.

Hendri mengatakan ide awal alat ini ketika ia melihat barang-barang yang dapat dimanfaatkan namun terbuang sia-sia. "Sebelumnya, sampah-sampah itu dibuang ke TPA. Kami melihat itu barang berharga yang disia-siakan jika hanya menjadi sampah" kata Hendri.

Sebelumnya, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan melaunching beberapa kegiatan terkait upaya pengurangan sampah pada  Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang jatuh pada tanggal 21 Februari. Seperti kantong plastik berbayar, intergrasi Bank Sampah dengan UKM Digital dan Gerakan Tiga Jari Kelola Sampah Menuju Indonesia Bersih Sampah 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement