REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus tewasnya Wayan Mirna Salihin (27), usai meminum kopi di kafe Olivier, Grand Indonesia beberapa waktu lalu, menjadi sorotan publik. Untuk mengungkap pelaku pembunuhan tim penyidik Polda Metro Jaya mendatangkan beberapa saksi ahli.
Saksi ahli tersebut di antaranya Psikologi Forensik dan Psikiateri Forensik. Yang mendatangai Polda Metro Jaya untuk membaca keterangan-keterangan yang dikatakan oleh para saksi. Lalu mengapa Polda Metro Jaya harus mendatangakan mereka?
Menurut Pengamat Kepolisian Bambang Widodo Umar, hal tersebut dilakukan untuk mendeteksi indikator-indiktor seseorang berkata benar atau tidak. Di samping memang sudah ada alat pendeteksi kebohongan sendri, namun mendatangkan saksi ahli juga penting.
"Tujuannya untuk melihat keterangan saksi dalam pengetahuanya pada peristiwa tersebut," ujarnya kepada Republika.co.id, Kamis (28/1).
Pengetahuan atas peristiwa tersebut, misalnya mungkinkah saksi menceritakan semua rentetan peristiwa yang dia ketahui. Atau saksi tersebut justru menyembunyikan beberapa penggal peristiwa, sehingga menjadikan peristiwa tersebut tak utuh.
Selain mendatangkan saksi ahli psikologi, kata dia untuk kasus Mirna ini dibutuhkan juga ahli kimia. Sebab, media yang digunakan untuk membunuh Mirna adalah zat sianida. "Yang paling dekat dengan kasus ini ya ahli kimia," katanya.
Ahli kimia ini yang kemudian akan melihat unsur racun yang dimasukkan dan kecepatan membunuhnya. Sehingga, jarak waktu korban minum dan rekasi pada tubuh korban dapat diketahui.
Selain pada korban, reaksi lingkungan juga perlu diperhatikan. Misalnya, pada saat korban menyeruput minuman tersebut, siapa saja orang di sekelilingnya dan bagaimana reaksi mereka pada saat itu.
"Ini untuk melihat kemungkinan-kemungkinan orang itu tahu, tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu," jelasnya.
Seperti diketahui, Mirna meninggal usai menyeruput kopi vietnam yang mengandung racun sianida pada 6 Januari 2016 di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Pada saat peristiwa, Mirna duduk diapit kedua temannya, Jessica Kumala dan Hani.
Disampaikan oleh Jessica, ketiganya sejak menimbah ilmu di Australia memang pencinta kopi. Maka kedatangan mereka di Kafe Olivier pun untuk temu kangen. Namun siapa sangka, perjumpaan ketiga sahabat itu berakhir tragis.