REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengaku sedang mencarikan solusi bagi mantan anggota aliran Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) agar bisa kembali hidup normal di daerah asal dan diterima oleh lingkungan serta keluarga masing-masing.
"Tentunya hidup normal menurut lingkungan, bukan pendapat individu karena kita hidup ini bermasyarakat," ujarnya saat meninjau Asrama Transito Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Jatim yang dijadikan lokasi penampungan sementara mantan anggota Gafatar, di Surabaya, Sabtu (23/1).
Ia melanjutkan, Pemprov Jatim bersama Polri dan TNI masih berupaya mencari jalan agar bisa menyelesaikan masalah ini dan masyarakat mau menerimanya kembali.
Di gedung berlokasi di Jalan Margorejo Surabaya tersebut, mantan anggota Gafatar diinapkan hingga Selasa (26/1), sekaligus diberi pembinaan dari tim khusus yang terdiri dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan tokoh agama lainnya.
Pakde Karwo, sapaan akrabnya, juga meminta mereka untuk bersyukur karena sudah selamat tiba di Jatim dan diharapkan bisa sabar sambil menunggu pemerintah bersikap menentukan jalan keluarnya.
"Sambil anda menunggu, silakan merenung, apa penyebab masalah ini bisa terjadi? Ini penting karena merenung adalah bagian dari perubahan diri ke arah yang lebih baik," ucapnya.
Untuk sementara itu, lanjut dia, mereka diurus oleh pemerintah, mulai dari makanan, keamanan, serta fasilitas lain, termasuk bantuan awal sebesar Rp500 ribu per kepala keluarga untuk sekadar pegangan.
"Ini untuk pegangan sementara, di sini kami juga sediakan tempat untuk berkumpul dengan keluarga, tapi yang paling penting adalah bisa menata hati dulu. Anda harus berubah, sebab apa yang sudah kami upayakan ini tidak akan ada artinya jika anda tidak berubah," ujarnya.