Sabtu 23 Jan 2016 16:42 WIB

Trauma Eks Gafatar: Bayangannya Api Semua

Rep: Andrian Saputra/ Red: Achmad Syalaby
Dua warga eks-Gafatar berunjukrasa menolak dipulangkan saat kunjungan Menteri Sosial ke tempat penampungan di Detasemen Pembekalan dan Angkutan Kodam XII/Tanjung Pura di Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat (22/1).
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Dua warga eks-Gafatar berunjukrasa menolak dipulangkan saat kunjungan Menteri Sosial ke tempat penampungan di Detasemen Pembekalan dan Angkutan Kodam XII/Tanjung Pura di Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat (22/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Warga eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) mengaku masih mengalami trauma mendalam akibat peristiwa pembakaran rumah mereka di Mempawah, Kalimantan Barat. Peristiwa yang terjadi pada Selasa (19/1) itu membuat mereka sering mengalami mimpi buruk.  

"Bayangannya api semua. Di telinga dengarnya itu teriakan orang terus  bakar,bakar, sesat," ungkap Wahyu (31 tahun) salah satu eks Gafatar asal Surabaya yang kini ditempatkan di Barak III wisma Transito Dinas Dinas Transmigrasi dan Kependudukan (Disnakertransduk) Jawa Timur. 

(Baca: 450 Eks Gafatar Segera Dibina).

Ia pun mengatakan trauma tak hanya dialami orang dewasa. Anak-anak kecil pun kini sering menangis ketakutan. Wahyu mengaku tak tahu menahu alasan mengapa sampai rumah dan ladangnya dirusak. Saat peristiwa terjadi ia tengah mencari bibit padi di wilayah lainnya. Namun, sekembalinya ke pemukiman di Mempawah kobaran api sudah melalap beberapa rumah.

Sementara itu, saat disinggung terkait Gafatar, ia mengatakan organisasi itu hanya organisasi sosial semata. Ia menampik jika Gafatar merupakan aliran kepercayaan tertentu terlebih yang menggabungkan ajaran-ajaran agama. 

Ia mengaku bergabung dengan Gafatar pada 2013 di Surabaya. Pada Oktober tahun lalu, Wahyu diajak rekannya yang juga berkecimpung di Gafatar untuk mencari kehidupan baru di Kalimantan. Tanpa pikir panjang, ia pun menerima ajakan tersebut. Terlebih di Surabaya, Wahyu tak mempunyai tempat tinggal permanen. Bersama ibunya, ia kerap berpindah pindah mencari kontrakan.

"Dulu kan saya serabutan apa saja dikerjain kalau ada yang nyuruh. Jadi sering pindah-pindah. Lalu teman ngajak katanya enak mending bercocok tanam di Kalimantan. Saya mau, apalagi sudah disediakan rumah di sana," ungkap Wahyu. 

Saat ini dirinya masih kebingungan akan tinggal dimana. Ia berharap pemerintah kota Surabaya bisa mencari solusi terlebih soal mata pencaharian.

Untuk diketahui sebanyak 389 eks Gafatar diterbangkan dari Pontianak menggunakan dua pesawat Lion Air JT JT 2837 dan JT 3837. Mereka tiba di Bandara Juanda Surabaya pada Sabtu (23/1) pagi. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement