REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani mengatakan, perlunya revolusi mental di kalangan pers untuk meningkatkan kompetensi insan pers.
Hal tersebut disampaikan Puan ketika menerima Panitia Hari Pers Nasional (HPN) 2016 di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (21/1). Menurutnya, yang paling sering menjadi korban dari pemberitaan yang keliru adalah keluarga.
"Saya melihat sendiri di lingkungan yang dekat dengan saya bagaimana berita yang mengabaikan prinsip-prinsip dasar jurnalisme menghancurkan kehidupan seseorang dan keluarganya," katanya menjelaskan.
Puan melanjutkan, keluarga adalah pihak yang sering kali menjadi korban dari pemberitaan yang hanya mengedepankan kehebohan dan tidak didasarkan pada fakta yang jelas atau politisasi.
Dalam pergaulan dengan jurnalis di lapangan, tambah Puan Maharani, masih sering ditemukan jurnalis yang terlihat tidak menguasai persoalan dan asal mengajukan pertanyaan.
Tanpa bermaksud mengecilkan upaya jurnalis dalam menjalankan profesi, Puan Maharani mengatakan, seharusnya perusahaan media perlu memperhatikan tingkat kompetensi jurnalis yang diturunkan ke lapangan.
Ketua Panitia HPN 2016 Teguh Santosa mengatakan, peningkatan kualitas jurnalisme merupakan salah satu perhatian utama komponen pendukung dan Panitia HPN 2016. Peringatan HPN 2016 akan diselenggarakan di Lombok, Nusa Tenggara Barat, (NTB) pada 9 Februari.
"Kondisi yang Ibu Menko sampaikan menjadi perhatian kami. HPN 2016 seperti sebelum-sebelumnya juga dimaksudkan sebagai kesempatan bagi masyarakat pers Indonesia mengevaluasi diri dan memperkuat komitmen guna meningkatkan kompetensi," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa salah satu diskusi yang akan digelar di arena HPN 2016 bertema, "Revolusi Mental Pers Indonesia Menuju Pers Profesional dan Sejahtera".