Ahad 17 Jan 2016 22:31 WIB

Dua Pekan dan Dua Jam Sebelum Teror Bom

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Damanhuri Zuhri
Suasana pasca ledakan bom di Sarinah, Jakarta, Kamis (14/1).
Foto:
Seorang petugas keamanan mengamati kamar karyawan salah satu perusahaan swasta yang pernah ditempati seorang terduga pelaku bom di kawasan Sarinah Jakarta berinisial DJK di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Jumat (15/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Senin sore, kata Matsani mengingat, Ali mengutarakan niatnya menyewa satu kamar kos untuk ditempati tiga orang temannya. Dia lantas menyatakan kamar kosnya kecil dan hanya muat ditempati dua orang. Namun Ali bersikukuh agar ketiga temannya bisa menempati satu kamar.

Matsani pun luluh, tapi meminta uang tambahan jika ditempati tiga orang. Dia meminta Rp 700 ribu per bulan. Namun, Ali menyatakan hanya akan menyewa selama seminggu. “Saya bingung mau saya hargai berapa, akhirnya setuju Rp 300 ribu itu (seminggu),” katanya.

Dian, yang dipanggil Matsani Mas, langsung menempati kos di lantai dua rumah bercat hijau itu. Dua orang berikutnya lantas menyusul sekitar pukul 20.00 WIB.

Mereka mengaku masing-masing bernama Afif dan Ahmad. Dan Matsani membenarkan bahwa foto yang beredar dan disebut-sebut sebagai pelaku teror mirip dengan Afif yang kos di rumahnya.

Berbekal saling percaya, Afif, Ahmad dan Dian menempati kos hari itu juga sampai satu minggu lamanya. Namun, setelah satu minggu, Ali kembali mendatangi Matsani untuk memperpanjang kos selama dua pekan ke depan. Uang Rp 500 ribu diberikan Ali ke Matsani.

Menurut pengakuan Ali, lanjut Matsani, ketiganya merupakan pekerja proyek sekaligus teman baiknya. Matsani meminta kartu tanda penduduk (KTP) ketiga orang tersebut kepada Ali.

Kayak loe nggak tau gua aja Bang,” ucap Matsani menirukan Muhamad Ali. Sampai peristiwa teror terjadi, KTP Afif, Ahmad dan Dian tak pernah diterimanya.

Matsani mengajak Republika melihat kamar yang ditempati ketiga pelaku teror tersebut. Kami menaiki tangga di samping kanan teras rumahnya.

Sampai di ujung atas tangga, pintu kamar pertama langsung terlihat. Kami berjalan melewati teras kamar kos selebar 1,2 meter sampai ujung dan melewati pintu kedua, ketiga hingga keempat berwarna cokelat.

Di kamar keempat inilah Afif, Ahmad dan Dian tinggal dan bersiap merencanakan aksinya. Di kamar berdinding warna biru langit ini pula dijadikan tempat tinggal di akhir masa hidupnya.

Polisi menduga, di tempat ini pula bom yang diledakkan di Starbuck Thamrin dirakit. Keempat kamar itu kini kosong. Kamar pertama dan kedua yang sebelumnya dihuni masing-masing perempuan kini ditinggalkan. Sementara kamar ketiga memang belum ada yang menempati.

Ruang berukuran 4 x 2,5 meter dengan kamar mandi dalam ini memang terlihat tak karuan pascapenggeledahan yang dilakukan polisi, Kamis (14/1) malam. Barang-barang masih terlihat berserakan di lantai.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement