Ahad 17 Jan 2016 22:31 WIB

Dua Pekan dan Dua Jam Sebelum Teror Bom

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Damanhuri Zuhri
Suasana pasca ledakan bom di Sarinah, Jakarta, Kamis (14/1).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Suasana pasca ledakan bom di Sarinah, Jakarta, Kamis (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Matsani (40 tahun) mengisap rokoknya dalam-dalam saat Republika menemuinya di rumah Nomor 58 Kampung Sanggrahan RT02 RW03 Meruya Utara, Kembangan, Jakarta Barat.

Dia memegang kepalanya sembari mengingat peristiwa penting di hari Senin, 28 Desember 2015. “Sekitar pukul 16.00 WIB hari itu, Ali membawa temannya ke sini,” ujar Matsani perlahan.

Matsani masih terlihat tidak percaya. Sebab, setidaknya di tanggal inilah aksi teror pada Kamis (14/1) di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, direncanakan di kos miliknya.

Ia tak menyangka, Muhamad Ali (40 tahun) menjadi aktor penting dalam perencanaan teror di Sarinah dan sekitarnya. Dan semua bermula saat Ali mengajak Afif alias Sunakim, Ahmad Muhazad dan Dian Juni Kurniadi ngekos di rumahnya.

Lelaki yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online ini tak menaruh curiga sedikitpun saat ketiganya menempati kos-kosan miliknya.

Apalagi, yang mencarikan kos yakni Muhamad Ali, yang notabene adalah tetangganya. Ali tinggal di rumahnya sendiri yang masih satu RT dengan Matsani. Jarak rumah keduanya kurang lebih hanya 100 meter.

Matsani menceritakan, awalnya Ali hanya mengajak seseorang ke rumahnya. Orang tersebut hanya mau dipanggil ‘Mas’. Hingga kemudian Matsani tahu, lelaki yang dipanggilnya ‘Mas’ selama kurang lebih dua pekan itu adalah Dian Juni Kurniadi pascaperistiwa teror Kamis lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement