Senin 18 Apr 2016 02:04 WIB

Lima Serangan Teroris yang Mematikan di Indonesia

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ilham
Warga menyalakan lilin dalam aksi solidaritas korban bom di Jl. MH Thamrin, Jakarta, Sabtu (16/1) malam. Aksi tersebut sebagai renungan dan refleksi masyarakat terhadap kejadian bom dan penembakan di kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta (14/1/2016).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Warga menyalakan lilin dalam aksi solidaritas korban bom di Jl. MH Thamrin, Jakarta, Sabtu (16/1) malam. Aksi tersebut sebagai renungan dan refleksi masyarakat terhadap kejadian bom dan penembakan di kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta (14/1/2016).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan pemboman dan penembakan di kawasan Sarinah, MH Thamrin, Jakarta Pusat bukan menjadi serangan teror pertama yang pernah terjadi di Indonesia. Beragam aksi teror mulai terjadi sejak 1981 dalam peristiwa Woyla.

Aksi teror pun mengalami peningkatan mulai dari penembakan, pengeboman hingga kombinasi keduanya. Berikut daftar Lima serangan teror yang menggemparkan:

1. Woyla

Peristiwa yang terjadi pada 28 Maret 1981 itu menimpa penerbangan maskapai Garuda Indonesia. Niatnya pesawat itu akan terbang dari Palembang menuju Medan pada penerbangan dengan pesawat DC-9 Woyla. Mulanya pesawat berangkat dari Jakarta pada pukul 8 pagi, transit di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada pukul 10.55. Dalam penerbangan, pesawat malah dibajak oleh lima orang teroris yang menyamar sebagai penumpang. Mereka bersenjata senapan mesin dan granat. Mereka mengaku sebagai anggota Komando Jihad.

Imran bin Muhammad Zein, pemimpin sel kelompok Komando Jihad yang melakukan peristiwa teror ini menuntut pembebasan para rekannya yang ditahan pasca Peristiwa Cicendo di Bandung, Jawa Barat. Dalam Peristiwa Cicendo, 14 anggota Komando Jihad membunuh empat anggota polisi di Kosekta 65 pada 11 Maret 1981 dini hari. Usai peristiwa itu, sejumlah anggota Komando Jihad ditahan dan terancam hukuman mati.

Operasi pembebasan pesawat DC-9 dikenal dengan sebutan Operasi Woyla yang dimulai sehari setelah tersiarnya kabar pembajakan tersebut. Pada pukul 21.00, 29 Maret, 35 anggota Kopassandha (sekarang Kopassus) meninggalkan Indonesia dalam sebuah DC-10 yang disewa, mengenakan pakaian sipil. Pukul 02.30 tanggal 31 Maret, prajurit bersenjata mendekati pesawat secara diam-diam. 

Koppasus akhirnya berhasil menyelamatkan para sandera. Empat teroris, satu anggota Kopassus dan pilot tewas dalam operasi ini. Imran bin Muhammad Zein selamat dalam peristiwa baku tembak tersebut dan ditangkap. Ia dijatuhi hukuman mati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement