REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Maemunah (52), warga RT 04 RW 01 Blok Desa, Desa Kedungwungu, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, tak sadarkan diri saat mendapat informasi bahwa anaknya, Ahmad Muhazan, tewas dalam peristiwa bom Sarinah.
''Saya langsung pingsan saat semalam mendengar kabar itu,'' tutur Maemunah saat ditemui di rumahnya, Jumat (15/1).
Maemunah mengaku tak menyangka anaknya meninggal dalam peristiwa tersebut. Apalagi, selama ini, Ahmad Muhazan merupakan sosok anak yang baik.
Semula, Ahmad Muhazan ikut kakak iparnya yang memiliki usaha ban vulkanisir di Jakarta sekitar lima tahun lalu. Setelah menikah pada 2012 lalu, Ahmad Muhazan berjualan kebab Turki di Cikampek.
Selama merantau, Ahmad Muhazan diketahui beberapa kali pulang ke kampung halamannya. Terakhir, Ahmad Muhazan pulang sebulan lalu untuk menengok ayahnya, Syahroni (55), yang menderita stroke.
''Selama bapaknya sakit, Azan (panggilan Ahmad Muhazan) sering pulang. Dia suka mijitin bapaknya,'' kata Maemunah menerangkan.
Maemunah mengakui, anaknya cenderung tertutup dan pendiam. Jika sedang pulang ke rumah, anaknya itu pun tidak suka bergaul dengan temannya dan hanya berdiam diri di dalam rumah.
(baca: Warga Indramayu Jadi Korban Tewas Bom Sarinah)
''Kalau sedang pulang, Azan tidak suka cerita apa-apa. Anaknya memang pendiam,'' tutur Maemunah.
Maemunah pun sangat syok dan sedih mengetahui anaknya meninggal dalam peristiwa bom Sarinah. Bahkan, ayah kandung Ahmad Muhazan, Syahroni, yang sedang terbaring karena stroke, sengaja tidak diberi tahu.
''Kami sengaja merahasiakannya, jadi sampai sekarang bapaknya belum tahu apa-apa,'' tutur Maemunah.
Maemunah pun tak kuasa menahan duka dan kepedihannya usai menjawab pertanyaan para awak media. Dia langsung masuk ke dalam rumah dan menangis tersedu-sedu.
Salah seorang tetangga rumah Maemunah, Saenah, mengatakan, Ahmad Muhazan dikenalnya sebagai pribadi tertutup dan pendiam. Jika sedang pulang ke rumah orang tuanya, Ahmad Muhazan pun tidak bergaul dengan tetangga lainnya.
Rumah orang tua Ahmad Muhazan cukup sederhana. Di rumah tersebut, tinggal kedua orang tua dan seorang adik Ahmad Muhazan.