REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Ratusan warga menuntut agar aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon ditutup secara total, Rabu (6/1). Mereka tak terima masih adanya aktivitas bongkar batu bara meski hanya di satu dermaga.
Warga berunjuk rasa dengan cara melakukan istigosah dan berorasi bergantian, di depan pintu masuk pos 3 Pelabuhan Cirebon hingga sore hari. Mereka pun membakar kemenyan di sejumlah titik di sekitar lokasi unjuk rasa.
Salah seorang pengunjuk rasa, Mulijani menyatakan, debu batu bara yang dihirup setiap hari oleh warga di sekitar Pelabuhan Cirebon sangat berdampak buruk bagi kesehatan, terutama paru-paru.
''Efek buruk dari debu batu bara yang terhirup masuk ke organ paru-paru luar biasa jahat,'' ujar pria yang berprofesi sebagai dokter dan membuka tempat praktek tak jauh dari Pelabuhan Cirebon tersebut.
Mulijani menyatakan, warga yang tinggal di sekitar pelabuhan menderita batuk berdahak yang berwarna hitam. Tak hanya dahak, ludah warga pun berwarna kehitaman.
Mulijani menambahkan, jika terus menerus menghirup debu batu bara, maka dalam waktu lima sampai sepuluh tahun paru-paru warga bisa mengerut. Setelah itu, lama kelamaan paru-paru akan mengeras dan menghitam.