Rabu 30 Dec 2015 15:47 WIB

Petani Tebu Kecewa, Pemerintah Impor Gula 200 Ribu Ton

Rep: lilis handayani/ Red: Taufik Rachman
Gula impor
Foto: Antara
Gula impor

REPUBLIKA.CO.ID,  CIREBON -- Keputusan pemerintah untuk mengimpor gula kristal putih sebanyak 200 ribu ton pada 2016, menimbulkan kekecewaan petani tebu rakyat di Jabar.

''Ini masalah klasik yang selalu berulang setiap tahun. Impor lagi, impor lagi,'' kata Sekretaris Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar, Haris Sukmawan kepada Republika, Rabu (30/12).

Pria yang akrab disapa Wawan itu mengakui, produksi gula petani saat ini memang masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan gula nasional. Namun, pemerintah telah berjanji akan membangun sepuluh pabrik gula modern, untuk meningkatkan produksi gula hingga tercapainya swasembada gula.''Harusnya realisasikan dulu itu. Kenapa sih harus impor terus,'' keluh Wawan.  

Wawan pun mempertanyakan alasan di balik keputusan impor, baik dari sisi produksi, stok maupun kebutuhan gula nasional. Pasalnya, selama ini, data yang dimiliki Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan kerap berbeda.

Untuk memutuskan impor, Pemerintah hendaknya memiliki data yang akurat mengenai produksi dan stok gula. Selain itu, harus ada pula data mengenai kebutuhan gula yang sesungguhnya.

Lebih lanjut Wawan menambahkan, jika Pemerintah tetap bersikeras melakukan impor gula, maka harus memenuhi tiga unsur ketepatan. Yakni tepat sasaran, tepat waktu dan tepat manfaat.

Untuk sasarannya, gula impor tersebut harus benar-benar hanya ditujukan bagi industri makanan dan minuman. Selama ini, gula impor kerap merembes ke pasaran.

Selain itu, impor gula mesti tepat waktu. Maksudnya, pelaksanaan impor gula jangan mendekati musim giling tebu petani. Pasalnya, keberadaan gula impor akan membuat harga gula petani menjadi jatuh.

Wawan menyebutkan, untuk Jabar, musim giling tebu biasanya dimulai pada Mei. Namun untuk daerah lainnya, seperti Lampung, musim giling tebu sudah dimulai sekitar akhir Februari - awal Maret.''Kalau pelaksanaan impor gula mendekati musim giling, petani tebu pasti menolak,'' tegas Wawan.

Terakhir, impor gula harus tepat manfaat. Itu berarti, gula impor tersebut harus benar-benar hanya dimanfaatkan untuk kepentingan produksi makanan dan minuman saja.

 

Ketika disinggung mengenai produksi gula di Jabar pada tahun ini, Wawan menyebutkan kisarannya sekitar 90 ribu ton. Adapun lahan tebunya seluas kurang lebih 8.500 - 9.000 hektare, dan sebagian besar tersebar di Cirebon, ditambah di Majalengka, Kuningan, Indramayu dan Sumedang.

Saat ini, para petani tebu di Jabar sedang memulai musim tanam tebu 2015/2016. Ditargetkan, produksi tebu yang dihasilkan mencapai 650 - 750 kuintal per hektare.

Salah seorang petani tebu di Kecamaran Astanajapura, Abdullah berharap pemerintah berpihak pada nasib petani tebu. Apalagi, dalam beberapa tahun terakhir, petani tebu mengalami keterpurukan akibat rendemen dan harga yang rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement