Rabu 23 Dec 2015 16:08 WIB

Badrodin: 13 Daerah Jadi Prioritas Pengamanan

Menteri Koordinator (Menko) Politik, Hukum dan HAM (Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan(kanan) berbincang bersama Kapolri Kenderal Pol Badrodin Haiti (kiri)saat melakukan telekonferensi vidio dengan jajaran Polda yang mengamankan pelaksanaan pemilihan kepala
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menteri Koordinator (Menko) Politik, Hukum dan HAM (Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan(kanan) berbincang bersama Kapolri Kenderal Pol Badrodin Haiti (kiri)saat melakukan telekonferensi vidio dengan jajaran Polda yang mengamankan pelaksanaan pemilihan kepala

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti menyatakan terdapat 13 daerah yang menjadi prioritas dalam pengamanan. Peningkatan pengamanan dilakukan kepolisian jelang liburan Natal 2015 dan Tahun Baru 2016.

"Yang jadi prioritas ada 13 daerah, tetapi bukan berarti daerah yang lain itu aman-aman saja. Oleh karena itu, semuanya kita tetap lakukan pengamanan," kata Kapolri setelah melakukan rapat koordinasi di kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Rabu (23/12).

Kapolri menjelaskan sudah menyiapkan personel dan juga pasukan-pasukan yang siap membantu, baik dari Polri maupun TNI. "Tadi pagi sudah digelar apel di seluruh Indonesia. Kita lakukan antipasi dan identifikasi kemudian beberapa kerawanan ancaman sudah kita tindaklanjuti, sebagian juga sudah kita lakukan penangkapan," kata dia menjelaskan.

Ia juga menyatakan pihaknya akan melakukan penanganan, khususnya di tempat-tempat badah, pusat-pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, dan tempat acara pergantian tahun.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Badrodi Haiti menyatakan pihaknya telah menangkap sembilan orang terduga teroris di lima tempat berbeda antara lain di Cilacap, Tasikmalaya, Sukoharjo, Mojokerto, dan Gresik pada 19 sampai 20 Desember 2015.

Mereka antara lain R, YS, AR, ZA, MKH, TP, IM, JA, dan AK. "Mereka ini ada yang eks Jamaah Islamiyah (JI) dan ada juga korelasinya dengan ISIS," kata Kapolri di Jakarta, Senin (21/12). Kapolri menjelaskan pada akhir bulan lalu, pihaknya mendapatkan informasi akan ada aksi-aksi dari terorisme.

"Lalu, ada juga informasi dari Australian Federal Police (AFP), Federal Bureau of Investigation (FBI), dan Singapore Intelligence Service (SIS). Kemudian kami lakukan monitor dan kelompok yang terdata di kami dicurigai akan melakukan aksi teror," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement