Senin 21 Dec 2015 23:59 WIB

Korban Perdagangan Manusia Asal Sukabumi Dipulangkan dari Sumatera

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Perdagangan manusia (ilustrasi).
Foto: Foto : Mardiah
Perdagangan manusia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Seorang korban eksploitasi anak asal Kabupaten Sukabumi dipulangkan dari Padang Sumatera Barat (Sumbar) Ahad (20/12) malam. Korban yang masih di bawah umur tersebut dipekerjakan di sebuah industri rumahan pengolahan makanan roti.

Korban Ro (15 tahun) berjenis kelamin laki-laki merupakan warga Desa Puncak Manis, Kecamatan Sagaranten, Sukabumi. Kini, korban telah diserahterimakan dari aparat kepolisian Padang kepada Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Sukabumi."Korban pulang dalam keadaan stress karena mengalami kelelahan," ujar Ketua Forum Wanita (Forwa) Sukabumi sekaligus Wakil Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TPA) Kabupaten Sukabumi Elis Nurbaeti kepada Republika.co.id Senin (21/12).

Pasalnya, selama bekerja di pengolahan roti korban informasinya bekerja sejak pukul 03.00 WIB pagi hingga malam hari. Padahal kata Elis, korban masih anak-anak. Diterangkan dia, terungkapnya kasus perdagangan anak atau trafficking anak ini berawal informasi dari media sosial.

Di mana, korban mengunggah status yang berisi keluhan selama bekerja di pengolahan roti di Padang. Korban bisa menggunakan sarana handphone (HP) selepas bekerja pada malam hari.

Informasi tersebut lanjut Elis, langsung ditindaklanjuti dengan melakukan upaya pemulangan korban ke kampung halaman dengan melibatkan aparat kepolisian.Elis mengungkapkan, korban berangkat ke Padang pada 9 Nopember 2015 lalu.

Ia tertarik bekerja di luar daerah karena ditawari gaji sebesar Rp 800 ribu per bulan ditambah makan dan dijanjikan dapat membeli sepeda motor. Namun, pada kenyataannya korban hanya dibayar Rp 17 ribu per hari dan tidak diberi makan.

Kini selepas dipulangkan ujar Elis, korban akan diupayakan agar bisa melanjutkan pendidikannya. Korban diketahui hanya lulusan sekolah dasar (SD) dan tidak melanjutkan ke jenjang SMP.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement