REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri menyindir Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, dalam pidatonya di Simposium Kebangsaan, yang diselenggarakan oleh MPR RI.
Dalam sindirannya, Mega sentil JK yang kerap kali ribut, serta menantang Jokowi untuk mengimplementasikan revolusi mental. Megawati menyoroti para penyelenggara negara yang kerap kali ribut. Akibatnya, pejabat negara dan politisi tersebut menjadi tidak produktif.
''Yang namanya politisi-politisi ini kan berantem terus, kapan mau majunya negara ini. Saya kan kalau ngomong sama pak JK satu jam, soalnya kan kalau yang berantem bagiannya pak Kalla sekarang,'' katanya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (7/12).
Mega bercerita, Jusuf Kalla berbicara GBHN dalam pidato di kesempatan yang sama. Ia berfikir, GBHN dengan repelita dan sebagainya, saat era Bung Karno konsepnya adalah pembangunan semesta berencana. Ia juga mengaku taat aturan, dalam mengendalikan fraksi dengan jumlah cukup banyak sebagai the ruling party tidak mudah.
''Karena tidak nurut aturan saya pecat. Bukan aturan saya, tapi aturan partai. Itu kelihatannya punya wibawa, kalau sekarang mana. Berantem terus, jelek-jelekan terus,'' ujarnya.
Presiden ke-V RI itu juga sempat menyinggung soal slogan Revolusi Mental yang didengungkan Jokowi. Ia menantang Jokowi untuk menerapkan dengan sungguh-sungguh revolusi mental tersebut.
''Beneran ya, revolusi mental ya, kita lihat diri sendiri dulu, apakah itu bisa kita lakukan. Itu baru pertanyaan, gak tau masuk gak, yang namanya mau membumikan prakteknya itu (revolusi mental),'' tantang Mega.
Megawati mengkritik Jokowi dalam ajang COP21 atau KTT Iklim di Paris beberapa waktu lalu, yang sampai saat ini belum ada hasil.
"Katanya konferensi iklim, ya harusnya bicara iklim dong. Bicara iklim kok bicaranya untung-rugi?.tidak bisa dong, iklim ya iklim, siapa yang tahu itungannya. Emisi karbon sampai dibicarakan,'' ujar Mega.
''Saya belum ketemu dengan Pak Jokowi, sih. Kalau saya ketemu nanti akan saya tanyakan," ucapnya.