Jumat 04 Dec 2015 10:57 WIB

Tahura Djuanda Terus Diperluas

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Friska Yolanda
Mekar: Sejumlah pengunjung memperhatikan bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanium) yang mekar di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Kota Bandung, Senin (16/2).
Foto: Republika/Septianjar Muharam
Mekar: Sejumlah pengunjung memperhatikan bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanium) yang mekar di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Kota Bandung, Senin (16/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar terus berupaya memperluas lahan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda. Perluasan ini dilakukan untuk menambah luasan lahan konservasi dan mengoptimalkan kegiatan wisata.

Kepala Kepala Balai Pengelolaan Tahura Ir H Djuanda Imam Santoso mengatakan, perluasan lahan telah dilakukan sejak 1996. Saat ini, luasnya mencapai 526,98 hektare. “Kami terus memperluas Tahura dan kini sudah bertambah sekitar 32 hektare,” ujar Imam, Kamis (3/12).

Luas lahan yang dimiliki Tahura ini dinilai masih terlalu sempit, sehingga belum mampu mencukupi luasan area tutupan di wilayah Bandung bagian utara. Padahal, Tahura merupakan daerah utama resapan air untuk mencegah banjir di wilayah selatan.

Perluasan ini juga bagian dari upaya untuk mencapai keseimbangan lahan hutan. Kini, kondisi hutan di Jabar baru 22,8 persen dari angka ideal, yaitu minimal 30 persen dari total wilayah.

Perluasan ini akan dilakukan dengan membebaskan lahan enclave atau daerah perbatasan dan lahan masyarakat. Pada tahun ini, perluasan yang dilakukan sudah cukup besar, yaitu sekitar 1,6 hektare. Perluasan ini mencakup Desa Cibodas (Blok Areung) seluas 9.278 meter persegi, Desa Wangunharja (Blok Tonjong) seluas 3.870 meter persegi, dan Desa Ciburial (Blok Sekejolang) seluas 3.309 meter persegi.

Pada 2016, pihaknya memprioritaskan lahan di sekitar perbatasan Tahura yang berada di wilayah Cibodas seluas 2,5 hektare. Balai pengelola juga membidik lahan enklave seluas 13 hektare yang berada di kawasan Tahura. Lahan yang berada di Blok Sekejolang ini 5 hektare di antaranya sudah berupa rumah-rumah warga sedangkan sisanya kebun.

Menurut Imam, kegiatan perluasan bukan perkara mudah karena tidak semua masyarakat mau menyerahkan lahannya. Selain itu, masyarakat juga kerap menawarkan lahan dengan harga yang terlalu tinggi dari taksiran harga dari Tim Independen. Hal ini sangat tidak sesuai dengan alokasi pembebasan dari pemprov yang sangat terbatas. 

“Bahkan ada yang memasang harga Rp 1 juta per meter, padahal taksiran tim hanya Rp 500 ribu per meter,” katanya.

Melihat kondisi tersebut, kata dia, pihaknya melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat setempat. Bahwa, kegiatan perluasan ini akan sangat bermanfaat bagi publik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement