Selasa 01 Dec 2015 15:13 WIB
Temuan Pengobatan Kanker Ditutup Kemenkes

Riset Disetop Pemerintah, Warsito: Seperti Anak Diusir Bapak!

Rep: C13/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warsito Purwo Taruno memberikan kata sambutan setelah menerima penghargaan B.J Habibie Teknologi Award 2015 di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Kamis (20/8). (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto:
Penemu alat terapi kanker berbasis listrik statis, Warsito Purwo Taruno. (Republika/Rakhmawaty La

Dalam masa penelitiannya, Warsito mengungkapkan, penemuan teknologi ini telah melalui proses panjang. Warsito menjelaskan, temuannya ini telah membuahkan hasil sekitar 78 persen.

Artinya, 78 persen pemakai alat itu berhasil bertahan dari penyakit kanker otak maupun payudara. Bahkan, kata dia, terdapat pula yang merasa membaik semenjak menggunakannya.

Salah satu turunan teknologi ECVT, ujar Warsito, adalah aplikasi untuk terapi kanker, Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT). Aplikasi ini telah didaftarkan paten Indonesia pada 2012. 

Menurut Warsito, ECCT dan ECVT itu setara dengan radioterapi untuk terapi maupun CT scan untuk pemindai dengan sumber gelombang elektromagnet pengion. Bedanya, ia menambahkan, ECVT dan ECCT memanfaatkan sifat dasar biofisika sel dan jaringan.

Dengan adanya ECVT dan ECCT, Warsito menilai ini jelas memberikan harapan besar untuk terapi kanker berbasis gelombang energi non-radiasi. Dengan ECCT semisal kasus yang belum ada jalan keluar seperti kanker di tengah batang otak masih mungkin 'dibersihkan' dengan ECCT.

Warsito mengakui ECVT dan ECCT memang bisa dikatakan tidak ada referensinya di dunia luar. Ini karena keduanya lahir di Indonesia dan pertama di dunia.

"Sesuatu yang baru sudah pasti akan mengundang kontroversi. Dengan adanya kontroversi itu sendiri justru karena kita mencoba sesuatu yang baru. Tanpa mencoba sesuatu yang baru, tak ada yang akan mengubah nasib kita," kata Warsito.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement