Jumat 27 Nov 2015 08:08 WIB

BNN Siapkan Operasi Besar Jelang Akhir Tahun

Rep: Andi Nurroni/ Red: Hazliansyah
Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso menempelkan  Stiker Stop Narkoba di dinding salah satu mini market di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (26/11). (Antara/Zabur Karuru)
Foto: Antara/Zabur Karuru
Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso menempelkan Stiker Stop Narkoba di dinding salah satu mini market di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (26/11). (Antara/Zabur Karuru)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Akhir tahun dalam kalender Badan Narkotika Nasional (BNN) ditandai sebagai masa peningkatan peredaran narkoba. Banyaknya pesta-pesta pergantian akhir tahun ditengarai sebagai penyebab meningkatnya arus pengiriman narkoba dari luar ke dalam negeri.

Kepala BNN Budi Waseso menyampaikan, pihaknya akan menyelenggarakan operasi besar-besaran menjelang akhir tahun. Menurut Budi, kecuali ganja, berbagai produk narkoba yang beredar di Indonesia berasal dari luar negeri.

Budi menyampaikan, BNN terus meningkatkan kapasitas dan kewaspadaan untuk menjegal modus pengiriman dan produk-produk baru narkoba yang masuk ke Indonesia dari negara-negara luar.

“Kebanyakan dari Cina, Taiwan, Nigeria, Pakistan, Iran, termasuk beberapa negara Eropa. Sekarang yang paling gencar adalah dari Cina dan Taiwan,” ujar Budi saat mengisi sarasehan bertema pemberantasan narkoba di salah satu hotel di Surabaya, Kamis (26/11).

Budi menyampaikan, demi memuluskan operasi mereka di Indonesia, para pengedar narkoba dari luar negeri banyak yang menikahi perempuan-perempuan Indonesia. Dalam mengamankan jaringannya sindikat biasa berkomunikasi dalam bahasa sandi.

Satu temuan menarik, menurut Budi, banyak penjahat narkoba internasional yang tertangkap, namun ketika diperiksa, baik urin maupun darahnya negatif narkoba.

“Berarti ini murni bisnis. Mereka punya niat. Mereka adalah musuh negara,” ujar Budi dihadapan seratusan orang tamu undangan.

Budi melaporkan, pada 2014 angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia mencapai 2,18 persen dari total populasi penduduk berusia 10-59 tahun, atau sekitar 4 juta orang. Sementara rata-rata angka kematian akibat narkoba tercatat sebesar 12.044 orang per tahun.

Budi mengakui, BNN dan penegak hukum di Indonesia kewalahan menyetop peredaran narkoba di Indonesia. Ia menggambarkan, 2,6 ton narkoba jenis sabu-sabu yang berhasil diamankan BNN dan penegak hukum Indonesia sepanjang Januari-September 2015. Jumlah tersebut diperkirakan hanya 20 persen dari total sabu-sabu yang beredar di pasar Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement