Rabu 25 Nov 2015 00:07 WIB

Belajar dari Perempuan Miskin Indonesia Timur

Rep: c39/ Red: Andi Nur Aminah
Maria Aran, dukun bayi tradisional dari Desa Pailelang, Kabupaten Alor, NTT
Foto:
Atmina Karim, mengembangkan 96 pewarna alami untuk kain tenun di Pulau Ternate, Kabupaten Alor, NTT.

Perempuan inspiratif lainnya adalah Atmina Karim. Perempuan 65 tahun ini, berhasil menggerakkan masyarakat terutama kaum ibu untuk membentuk kelompok penenun perempuan. 

Apa yang dilakukan Atmina? Perempuan paruh baya ini berhasil mengembangkan 96 pewarna alami dari alam serta biota laut. Pewarna alami itu dipakainya untuk memberikan efek warna pada kain tenun ikat yang dikerjakannya bersama kelompok perempuan penenun. 

Pewarna alami yang dikembangkan Atmina, di antaranya berasal dari buah mengkudu, akar kayu kuning, daun nila, daun ketapang bunga belimbing. Sedangkan pewarna alami yang dikembangkannya dari biota laut antara lain dari bulu babi dan rumput laut. 

Atmina mengatakan, untuk membantu pengembangan perempuan di desa tidak melulu harus dengan uang. Namun pemberian fasilitas serta akses yang mudah misalnya ke pemasaran justru kadang lebih dibutuhkan. 

Kelompok penenun perempuan yang didirikan sejak 2000 lalu, awalnya hanya satu kelompok dengan jumlah anggota 40 orang. Kini jumlah itu terus berkembang menjadi 250 anggota. 

Atas upaya Armina, kelompok ini bahkan berhasil mendapat kepercayaan dari bank untuk mendapatkan bantuan pinjaman modal sebesar Rp 40 juta. Dan dalam waktu empat bulan, pinjaman tersebut telah berhasil mereka kembalikan.

Kini, dari kerja keras kelompok penenun perempuan di Pulau Ternate Kabupaten Alor, NTT ini, tercatat sudah ada 35 sarjana yang dibiayai lewat tangan-tangan perkasa para ibu-ibu penenun. Bahkan uniknya, jika hasil laut sudah mulai berkurang karena faktir cuaca, kaum bapak pun dengan sukarela membantu para ibu untuk memintal benang tenun. 

Masih banyak perempuan-perempuan miskin lainnya dari Indonesia timur yang kini telah menjadi inspirasi di desanya. Mereka diharapakan mampu menggelitik semangat perempuan lainnya dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Jadi, belajar kepada perempuan miskin? Kenapa tidak.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement