Senin 23 Nov 2015 08:33 WIB

Mengupas Tuntas Peristiwa 10 November (Bagian 2)

Pementasan drama kolosal Surabaya Membara sebagai peringatan 10 November.
Foto: Antara
Pementasan drama kolosal Surabaya Membara sebagai peringatan 10 November.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Akhirnya, provokasi perobekan bendera Merah Putih Biru dan Resolusi Jihad itu menandai pertempuran di Surabaya Fase I pada 27-29 Oktober 1945.

Pertempuran Surabaya Fase I selama tiga hari itu tidak hanya terjadi pada satu titik, tapi sifatnya sporadis dan terjadi dimana-mana, di antaranya di Jembatan Merah, di rel kereta api Wonokromo, di Kedungdoro, di Penjara Kalisosok, dan di beberapa perkampungan.

"Pertempuran Surabaya Fase I itu berawal dari mana? Hasil wawancara Komunitas Roodebrug Soerabaia dengan sejumlah saksi mata menyebutkan dua versi, yakni bermula dari Kedungdoro dan bermula dari Jalan Raya Darmo," kata penulis buku Benteng-Benteng Surabaya, Ady Setyawan. (Baca: Mengupas Tuntas Peristiwa 10 November)

Namun, kontak senjata dari Kedungdoro atau Jalan Raya Darmo itulah yang memicu perlawanan sporadis selama kurun 27-29 Oktober 1945, sehingga tentara Sekutu (Inggris) untuk pertama kalinya mengibarkan bendera putih (tanda menyerah).

Akhirnya, tentara Sekutu terpaksa menghadirkan Presiden Soekarno ke Surabaya untuk mendorong dialog, namun Brigjen Mallaby selaku pimpinan Sekutu berusaha menggertak dengan rentetan tembakan.

Gertakan itu membuat arek-arek Suroboyo tersinggung hingga akhirnya Brigadir Mallaby tewas pada 30 Oktober 1945 pukul 21.30 WIB. Tentu saja, tentara Sekutu pun mengamuk dan melontarkan ultimatum kepada Arek-arek Suroboyo untuk menyerahkan senjata paling lambat 10 November 1945.

Namun, ultimatum itu dijawab Bung Tomo dengan pidato perlawanan hingga tentara Inggris pun membombardir Kota Surabaya dari darat, laut, dan udara yang menyebabkan tewasnya 16 ribu sampai 20 ribu pejuang. Pertempuran Surabaya Fase II inilah yang dikenal dengan Hari Pahlawan.

Kendati tentara Inggris 'mengamuk' seperti itu, namun mereka tidak dapat menaklukkan perlawanan di Surabaya dalam tiga pekan, karena ratusan kiai Jawa-Madura juga mengerahkan santri dan rakyat untuk melawan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement