Rabu 18 Nov 2015 13:15 WIB

Jalur Pendakian Rinjani Ditutup untuk Keselamatan

Gunung Barujari menyemburkan material vulkanik terlihat dari Danau Segare Anak Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Senin (9/11).
Foto: Antara/HO/Mutaharlin
Gunung Barujari menyemburkan material vulkanik terlihat dari Danau Segare Anak Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Senin (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM -- Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Agus Budiono menegaskan penutupan jalur pendakian Gunung Rinjani untuk menjaga keselamatan masyarakat dari bahaya letusan Gunung Barujari.

"Penutupan itu bukan main-main, murni untuk keselamatan jiwa dan kepentingan bersama," kata Agus Budiono, di Mataram, Rabu (18/11).

Hal itu dikatakannya menanggapi adanya desakan para pelaku usaha jasa pariwisata yang meminta pemerintah membuka jalur pendakian. Menurutnya, penutupan jalur pendakian, juga bukan atas keinginan dari BTNGR. Melainkan mengacu pada rekomendasi Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang memantau aktivitas letusan Gunung Barujari.

Penutupan jalur pendakian juga dikoordinasikan dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Kami terus berkoordinasi dengan PVBMG dan Vulkanologi memberikan rekomendasi terkait ancaman bahaya letusan, bukan dari BTNGR sendiri yang memutuskan. Dari BPBD NTB juga meminta ditutup," ujar Agus.

Dia menambahkan, penutupan jalur pendakian Gunung Rinjani juga sudah diumumkan secara resmi kepada masyarakat luas, khususnya para pelaku usaha jasa pariwisata pendakian. Pengumuman tersebut disebarkan sejak awal terjadinya letusan Gunung Barujari pada Minggu, 25 Oktober 2015, dengan mengeluarkan asap disertai abu vulkanik. 

Hingga saat ini status gunung tersebut masih "Waspada" (level II) dengan radius jarak aman tiga kilometer dari pusat letusan. Dengan status tersebut PVMBG merekomendasikan agar masyarakat tidak mendekati Danau Segara Anak Gunung Rinjani karena sangat dekat dengan pusat letusan.

"Jadi silakan menghubungi BTNGR atau lembaga terkait secara resmi untuk mengetahui kondisi letusan, sehingga bisa dipahami apakah dengan status waspada memungkinkan dan aman untuk dilakukan pendakian," ucap Agus.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement