Jumat 06 Nov 2015 08:10 WIB

Letusan Anak Gunung Rinjani takkan Berhenti dalam Waktu Singkat

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Bilal Ramadhan
Debu vulkanik gunung Barujari menyembur dibalik puncak gunung Rinjani terlihat dari Kecamatan Pringgabaya, Selong, Lombok Timur, NTB, Rabu (4/11).
Foto: Antara/Agung Wirawan
Debu vulkanik gunung Barujari menyembur dibalik puncak gunung Rinjani terlihat dari Kecamatan Pringgabaya, Selong, Lombok Timur, NTB, Rabu (4/11).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Subbidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Timur Indonesia, Badan Geologi-Kementerian ESDM, Devy Kamil Syahbana mengungkapkan hingga saat ini, kecenderungan letusan anak Gunung Rinjani, Gunung Baru Jari tidak akan berhenti dalam waktu yang singkat.

Oleh karena itu, masyarakat maupun pemerintah daerah dan dinas terkait diharapkan untuk tetap mengikuti perkembangan aktivitas Gunung Rinjani dan tetap waspada.

“Masyarakat atau pengunjung tidak beraktivitas di seluruh area di dalam Kaldera Rinjani dan radius 3 km dari Kawah Barujari selain itu, masyarakat di sekitar Gunung Rinjani diharapkan menyiapkan masker untuk menutupi hidung dan mulut karena arah dan kecepatan angin tidak dapat diprediksi,” ujarnya melalui rilis, Kamis (5/11).

Selain itu, menurutnya, masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai Kokok Putih agar mewaspadai potensi Banjir Bandang. Dirinya menjelaskan, sejak 25 Oktober  terjadi peningkatan kegempaan vulkanik dan intensitas letusan yang terus meningkat.

Bahkan, pada 2 November pukul 06.00 Wita, terekam kegempaan Tremor yang terus menerus serta energi aktivitas yang meningkat signifikan hingga saat ini. “Ini berkaitan dengan aktivitas letusan yang menerus hingga saat ini,” ungkapnya.

Ia menuturkan, potensi bahaya primer yang dapat membahayakan masyarakat secara langsung saat ini adalah aliran lava dan jatuhan piroklastik di dalam radius 3 km dan di seluruh area di dalam kaldera Rinjani.

Menurutnya, potensi hujan abu dapat terjadi dan dimana lokalisasinya sangat bergantung pada arah dan kecepatan angin. “Ancaman bahaya sekunder dapat berupa banjir Bandang di wilayah-wilayah yg dilewati aliran Sungai Kokok Putih,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement