Kamis 29 Oct 2015 18:07 WIB

Gojek dan Ojek Pangkalan Bandung Perang Aspirasi

Rep: C01/ Red: Nur Aini
Pengemudi Gojek sedang menunggu penumpang.
Foto: Republika/Wihdan
Pengemudi Gojek sedang menunggu penumpang.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pengendara ojek pangkalan (opang) dan ojek berbasis aplikasi Gojek di Kota Bandung beberapa kali terlibat pergesekan. Terkait konflik tersebut, kedua belah pihak diberikan kesempatan oleh Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Bandung untuk mengemukakan aspirasi masing-masing.

Terkait pergesekan yang terjadi, Staff Operasional Gojek Bandung, Indra, mengatakan pihaknya sama sekali tidak ingin terlibat dalam pergesekan dengan pengendara opang. Indra juga mengemukakan harapannya agar konflik antara pengendara opang dan Gojek dapat segera berakhir. Selain itu, Indra pun mengatakan pihaknya terbuka jika pengendara opang mau bergabung bersama Gojek.

"Nantinya, kita juga akan adakan pertemuan dengan pengurus ojek pangkalan," ungkap Indra saat ditemui di Mapolrestabes Bandung pada Kamis (29/10).

Untuk sementara, Indra juga meminta kepolisian untuk memberi perlindungan bagi para pengendara Gojek di Kota Bandung. Hal ini karena sudah beberapa kali pengendara Gojek di Kota Bandung menjadi sasaran tindakan yang kurang menyenangkan dari oknum pengendara ojek pangkalan.

Sebelumnya, Paguyuban Angkutan Roda Dua Bandung (PAB) telah diundang Polrestabes Bandung untuk berdiskusi bersama. Dalam kesempatan tersebut, Ketua PAB Kukuh Rianto mengajukan lima aspirasi agar pengendara ojek dan Gojek dapat saling bersinergi.

Aspirasi pertama yang disampaikan oleh PAB adalah pengendara opang ingin agar Pemerintah Kota Bandung memberdayakan para pengendara ojek di pangkalan terlebih dahulu. Saat ini Kukuh mencatat ada sekitar 6.800 pengendara opang di 54 pangkalan yang terdaftar di Kota Bandung.

"Kalau yang 6.800 ini dihilangkan, akan banyak pengangguran," terang Kukuh saat ditemui di Mapolrestabes Bandung Senin lalu.

Selain itu, Kukuh juga menyampaikan aspirasi agar ada perjanjian tertulis di mana pengendara Gojek tidak mengambil penumpang dari wilayah opang. Kukuh mengatakan para pengendara Gojek cukup mengantar penumpang sampai ke pangkalan ojek, sehingga pengendara opang nantinya bisa ikut mengantar penumpang dari pangkalan menuju ke atas atau dalam kompleks. Keberadaan Gojek dinilai menyebabkan pendapatan para pengendara opang menurun drastis. 

"Ketiga, kami juga ingin agar tarif Gojek harus wajar, tidak ke mana-mana Rp 10 ribu," tambah Kukuh.

Dalam aspirasi keempat, Kukuh meminta agar para pengendara Gojek juga mengenakan atributnya dengan jelas. Sedangkan di aspirasi kelima, Kukuh mewakili para opang menuntut agar Gojek memiliki pangkalannya tersendiri.

"Selama kita mediasi ini, kita jangan sampai ada apa-apalah. Saya tidak ingin ada pemukulan, saya tidak ingin ada apa-apa, yang intinya ada perdamaian semua," ungkap Kukuh. 

Sebelumnya, pengemudi Gojek dan ojek pangkalan di Kota Bandung sempat bentrok yang diawali dengan insiden pemukulan salah satu pengendara. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement