Kamis 29 Oct 2015 10:54 WIB

Penderita ISPA di Mimika Meningkat

Pasien Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) menanti giliran periksa di Puskesmas.
Foto: ANTARA FOTO/ Feny Selly
Pasien Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) menanti giliran periksa di Puskesmas.

REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) di Kabupaten Mimika, Papua, mulai meningkat. Ini seiring dengan bencana kabut asap yang melanda wilayah itu dalam kurun waktu satu bulan terakhir.

Kepala Puskesmas Wania, Guntoro, di Timika, Kamis (29/10) mengatakan selama Oktober tercatat 124 pasien ISPA yang berkunjung ke Puskesmas Wania untuk memeriksakan diri. Jumlah itu jauh lebih tinggi dibanding periode-periode sebelumnya. "Terbanyak pada satu minggu terakhir sehingga kami tetap membuka pelayanan pada hari libur," kata Guntoro.

Menurut dia, temuan kasus ISPA di wilayah Puskesmas Wania memang cukup tinggi dan menduduki peringkat kedua tertinggi setelah malaria. Meski demikian, katanya, sejauh ini belum ditemukan pasien ISPA berisiko tinggi yang membutuhkan penanganan serius.

Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mimika Yulianus Sasarari mengatakan Pemkab Mimika sudah membentuk Satgas Penanganan Bencana Asap yang dipimpin langsung Sekretaris Daerah Mimika Ausilius You.

Satgas tersebut melibatkan sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing.

"Langkah-langkah penanganan bencana kabut asap di Mimika sudah dilakukan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing. Dinkes mengkoordinasi program bidang kesehatan seperti pembagian masker ke sekolah-sekolah, penanganan pasien yang terkena penyakit ISPA dan lainnya," jelas Yulianus.

Ia mengatakan bencana kabut asap yang melanda Kabupaten Mimika akibat kebakaran lahan dan hutan di Kabupaten Merauke dan Mappi sangat mengganggu seluruh aktivitas warga di wilayah itu. Sebagai daerah terdampak, dia mengatakan, Mimika benar-benar mengalami banyak masalah dari adanya kabut asap kiriman dari Merauke dan Mappi.

"Perekonomian masyarakat menjadi terganggu, aktivitas penerbangan dan pelayaran lumpuh total, belum lagi soal masalah kesehatan dan lainnya," tutur Yulianus.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement