REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia berencana masuk dalam Trans-Pacific Partnership (TPP), yakni perjanjian perdagangan bebas Asia Pasifik. Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyatakan, sebelum resmi bergabung, pemerintah harus bisa melindungi pengusaha lokal terlebih dahulu agar Indonesia tak sekedar jadi pasar bagi negara lain.
"Percuma kalau kita buka dan kita hanya menjadi pasar dari dunia global. Presiden memahami itu sepenuhnya," ujar mantan anggota DPR RI tersebut di kantornya, Rabu (28/10).
Memberi perlindungan pada pemain lokal menjadi penting agar kompetisi di pasar global berjalan sehat. Jika perlindungan itu tidak diberikan, Pramono membayangkan persaingan di pasar global tak ubahnya seperti pertandingan di ring tinju di mana pemain yang bertarung tidak sepadan kelasnya.
"Kalau kemudian dibuka begitu saja, ini kan pertandingan seperti Mike Tyson lawan Elias Pical, tidak akan berimbang. Sehingga dengan demikian harus ada keseimbangan untuk mempersiapkan itu," kata dia.
Apabila pemerintah sudah bisa menjamin para pengusaha lokalnya, sambung Pramono, maka hal itu menjadi indikator bahwa negara siap masuk TPP.
Saat ini menteri-menteri terkait masih melakukan kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan TPP. Pramono menyebut, perlu sebuah kajian yang mendalam agar keputusan masuk dalam TPP benar-benar membawa manfaat bagi kesejahteraan rakyat.
"Presiden telah memberikan arahan untuk dikaji secara mendalam. Jadi keputusan apakah akan bergabung dan kapan waktunya tentu perlu pengkajian yang sangat dalam," kata dia.
Kendati begitu, Pramono berpendapat bahwa Indonesia tak bisa menghindari pasar global. Dengan sejumlah kebijakan deregulasi ekonomi yang telah dilakukan, dia optimistis hal itu telah menjadi modal awal bagi Indonesia untuk segera masuk dan bertarung dalam pasar global.