REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Kebakaran terus melanda kawasan hutan di Gunung Ceremai, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kali ini, kobaran api terjadi di sembilan titik di kawasan hutan Gunung Ceremai. ''Kebakaran di sembilan titik itu terjadi selama dua hari,'' kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin, Senin (19/10).
Agus menyebutkan, kebakaran mulai terjadi pada 16 Oktober 2015. Kebakaran melanda sembilan titik itu meliputi hutan masyarakat, hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Ceremai (TNGC), dan hutan milik Perhutani.
Adapun sembilan titik yang terbakar itu, yakni di Blok Cigerut Desa Sayana, Kecamatan Jalaksana seluas satu hektare, hutan di kawasan TNGC di Blok Cisurian di atas Desa Palutungan seluas lebih kurang lima hektare, hutan TNGC di Blok Legok Balok Desa Gunung Sira, Kecamatan Darma, seluas lebih kurang lima hektare, dan hutan masyarakat di Blok Gunung Mayana Desa/Kecamatan Kadugede seluas lebih kurang dua hektare.
Selain itu, hutan di kawasan TNGC di Blok Bintangot Desa Seda, Kecamatan Mandirancan seluas lebih kurang 20 hektare, hutan masyarakat di Blok Cisampit Desa Cipakeum, Kecamatan Maleber seluas lebih kurang enam hektare.
Kawasan lain yang juga terbakar adalah hutan masyarakat di Desa Pasiragung, Kecamatan Hantara sekitar 5,5 hektare, hutan produksi di Kelurahan Citangtu, Kecamatan Kuningan yang merupakan kawasan Perhutani seluas lebih kurang 6,2 hektare dan di Desa Pamupukan, Kecamatan Ciniru seluas sepuluh hektare, yang juga hutan Perhutani. ''Seluruh kobaran api di sembilan titik itu sudah teratasi dan padam pada 17 Oktober 2015,'' tegas Agus.
Agus mengatakan, upaya pemadaman itu melibatkan berbagai pihak. Selain BPBD, pemadaman juga dilakukan pihak TNGC, TNI/POLRI, Perhutani, Dishutbun Kuningan, AKAR, ranger Palutungan, dan masyarakat.
Menurut Agus, proses pemadaman api dilakukan dengan membuat sekat bakar. Yakni melokalisasi api agar tidak menyebar ke titik lain. Selain itu, pedaman pun dilakukan dengan memukul-mukul api menggunakan sejumlah peralatan hingga api benar-benar padam. ''Jadi proses pemadaman api tidak pakai air. Mau cari air dari mana, kita jauh ada di gunung,'' tutur Agus.