REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Ratusan warga berebut uang koin dalam acara peringatan Tahun Baru Jawa (Suro/Suroan) yang bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1437 Hijriah di Kota Kediri, Jawa Timur.
Raden Ngabehi Tono Setyo Bimo selaku penyelenggara acara saat ditemui di sela acara itu di Kediri, Rabu, mengemukakan pemberian uang koin itu disebut dono weweh yang berarti simbol berkecukupan.
"Uang itu sebagai wujud terima kasih pada Yang Maha Kuasa. Uang itu bukan punya saya, tapi Yang Maha Kuasa, jadi saya kembalikan," katanya setelah pemberian dono weweh itu.
Dalam tradisi Jawa, orang harus selalu ingat tentang berbagai budaya, seperti tetap rukun, menjaga gotong royong. Selain itu, sebagai manusia juga harus selalu bersyukur, berterima kasih diberi sehat, maupun kelebihan lainnya.
Selain dono weweh berupa uang, ia mengatakan juga ada agenda pemberian berupa kain jarit. Panitia menyediakan banyak kain untuk dibagikan ke masyarakat langsung. Ia berharap, di tahun baru nantinya bisa menjadi lebih baik lagi, maju, semakin meningkatakan gotong royong, serta tidak bercerai berai.
"Harus tetap Bhinneka Tunggal Ika," tegasnya.
Acara dono weweh itu menjadi acara yang paling ditunggu warga. Mereka berebut uang koin dengan pecahan Rp1.000 yang disebar oleh panitia, termasuk Raden Ngabehi Tono Setyo Bimo.
Bahkan tidak jarang mereka harus berebut mengambil koin yang disebar tersebut. Uang yang mereka gunakan beragam keperluan, seperti ditabung ataupun untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Selain dono weweh, massa juga menunggu gunungan yang berisi bahan pokok, jajan pasar, serta beragam hasil bumi lain. Mereka juga saling berebut seluruh gunungan yang dibawa panitia. Mereka yakin, barang yang mereka bawa tersebut bermanfaat.
"Tadi saya dapat roti. Walaupun harus berebutan, tidak apa-apa, saya senang," kata Eko, warga Kediri.
Ruslan, warga lainnya mengatakan, saat berebut uang koin mendapatkan uang Rp7.000. Ia pun sempat harus berdesak-desakan saat uang itu disebar. "Belum tahu nanti mau dibelikan apa, tapi senang juga karena dapat uang," ujarnya.
Selain mengarak gunungan yang berisi bahan pokok dan jajan pasar, panita juga mengarak sejumlah benda pusaka, seperti tombak dan keris. Seluruh gunungan serta pusaka itu diarak keliling kota dan kembali ke lokasi pemberangkatan di Jalan Airlangga, Kota Kediri.
Sejumlah seniman seperti seniman jaranan, reog ponorogo, ludruk, juga ikut memeriahkan acara tersebut. Mereka juga tampil dalam acara itu, untuk menghibur warga sekaligus melestarikan kebudayaan.
Kegiatan itu berlangsung di jalan raya, yang merupakan jalan utama Kota Kediri, dan rutin digelar setiap Suro. Petugas dari Polres Kediri Kota sempat mengalihkan arus lalu lintas, sebab digunakan acara itu.
Namun, sejumlah kendaraan terutama roda empat, sempat nekat lewat jalur utama itu, sehingga arus lalu lintas bertambah macet.