Senin 12 Oct 2015 11:18 WIB

BMKG Identifikasi 90 Titik Panas di Sumatra

Titik panas. Ilustrasi
Foto: Antara
Titik panas. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan sebanyak 90 titik panas (hotspot) yang menjadi indikasi kebakaran lahan dan hutan terdeteksi di Pulau Sumatera, Senin.

"Paling banyak berada di Sumatera Selatan dengan 65 titik panas," kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin, melalui pesan singkat di Pekanbaru.

Ia mengatakan pendeteksian "hotspot" menggunakan Satelit Terra dan Aqua yang terbarui pada pukul 05.00 WIB. Menurut dia, "hotspot" juga terdeteksi di Lampung ada 14 titik, Jambi ada satu titik, dan Bengkulu dua titik.

Selain itu, di Riau terdapat delapan titik panas yang merupakan terbanyak setelah beberapa pekan terakhir rata-rata nihil.

"Di Riau ada delapan titik panas yang tersebar di Kepulauan Meranti dan Pelalawan masing-masing tiga titik, dan Bengkalis dua titik," katanya.

Ia mengatakan secara umum cuaca Riau dalam kondisi berkabut asap dengan jarak pandang mencapai satu kilometer di Kota Pekanbaru. Jarak pandang cukup buruk akibat asap terjadi di Kota Dumai karena hanya mencapai 500 meter, kemudian Pelalawan 700 meter dan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu 800 meter.

Sementara itu, berdasarkan data Satgas Darurat Asap Riau menunjukan bahwa pantauan udara menggunakan helikopter Sikorsky terdeteksi kebakaran cukup besar di daerah Koto Gasib, Kabupaten Siak.

Komandan Satgas Udara Riau, Marsma TNI Henri Alfiandi, mengatakan upaya pemadaman dari udara akan terus dilakukan tanpa memandang hari libur. Setiap pagi tim yang terdiri dari Lanud Roesmin Nurjadin, BPBD Riau, BMKG Riau dan BPPT yang berada langsung di bawah kendali Satgas Udara saling membahu dalam penanggulangan kebakaran lahan.

"Tak hanya itu, tim juga terus berkoordinasi dengan tim Satgas Darat yang berada di masing-masing wilayah untuk melaksanakan pengecekan secara langsung ke lokasi untuk memverifikasi keberadaan titik api tersebut," kata Marsma Henri yang juga Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru.

Ia mengatakan "water bombing"?terus dilakukan oleh tiga helikopter sewaan BNPB, yakni jenis Sikorsky S61A, MI-171 dan Kamov KA32. Kemudian, pesawat Cassa-212 dari BPPT pun melakukan Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) ke titik koordinat yang telah ditentukan sehingga membuat jumlah hotspot yang ada di Provinsi Riau dapat dikendalikan dan diminimalisasi hingga tuntas.

Seluruh kegiatan penerbangan heli dan pesawat dikendalikan langsung dan terawasi oleh Tim Satgas Udara melalui radar yang dipasang di masing-masing pesawat baik menggunakan "spidertrack", "tracplus" dan "traceweb".

"Ketika api yang ada tidak dapat dipadamkan oleh tim Satgas Darat, maka tim disinilah letak peran Satgas Udara untuk segera memadamkan api tersebut dengan mengirimkan Helikopternya untuk melaksanakan 'water bombing'," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement