Ahad 11 Oct 2015 11:38 WIB

Narkoba Tingkatkan Penderita HIV/AIDS di Tasikmalaya

Rep: C10/ Red: Ilham
Aksi peduli HIV/AIDS.
Foto: Antara
Aksi peduli HIV/AIDS.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kota Tasikmalaya dinyatakan sebagi kota darurat narkoba kedua di Jawa Barat (Jabar). Sebab, hasil rekapan medis Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya menyatakan, penyakit yang ditimbulkan akibat dari penyalahgunaan narkoba banyak menimpa masyarakat. Sehingga Kota Tasikmalaya perlu lembaga khusus untuk menangani peredaran narkoba guna menekan dampak buruk yang ditimbulkannya.

Pengelola IMS, HIV, dan Aids Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya, Ari Kusmara mengatakan, penderita HIV dan Aids di Kota Tasikmalaya mengalami cukup banyak peningkatan penyebarannya pada tahun ini. Di 2013 Dinkes mencatat ada 28 orang penderita HIV dan Aids. Kemudian di 2014 penderitanya bertambah menjadi 35 orang dalam setahun.

"Di tahun ini baru sampai bulan Juni sudah tercatat ada 38 orang penderita HIV dan Aids," kata Ari kepada Republika.co.id, Ahad (11/10).  

Padahal di tahun sebelumnya, dalam jangka waktu satu tahun hanya tercatat ada 35 orang penderita HIV dan Aids. Tapi di 2015 baru setengah tahun sudah diketemukan 38 orang penderita. Ari mengungkapkan, berdasarkan data kumulatif dari 2004 sampai 2015, Dinkes mencatat ada 325 orang penderita HIV dan Aids di Kota Tasikmalaya.

Jumlah tersebut hanya yang tercatat saja. Karena biasanya orang yang terjangkit HIV tidak menyadari dirinya telah terjangkit virus mematikan tersebut.

Penyebab dan penyebaran HIV dan Aids di Kota Tasikmalaya mengalami pergeseran. Pada 2008 banyak orang terjangkit HIV dan Aids akibat pengguna narkoba suntik. Sebanyak 69,96 persen penularannya melalui jarum suntik dan 22,89 persen penyebabnya akibat heterosex.

Ari menjelaskan, di 2013 penyebab dan penyebaran HIV dan Aids sebanyak 73 persen melalui heterosex. Sementara penularan melalui jarum suntik menjadi 12,30 persen. Menurutnya, gaya hidup sek bebas yang kini tren, berawal dari penyalahgunaan narkoba. Sebab penggunaan narkoba bisa meningkatkan hasrat seksual si penggunannya.

Karena itu, peredaran dan penyalahgunaan narkoba harus ditekan guna mengurangi dampak buruk yang ditimbulkannya. "Kota Tasikmalaya sangat membutuhkan lembaga khusus untuk menangani peredaran narkoba guna menekan dampak buruk yang ditimbulkannya seperti penyakit IMS," ujar Ari.

Ari menegaskan, orang yang terkena penyakit IMS sangat besar kemungkinannya terjangkit virus HIV. Sampai September 2015, sebanyak 2.399 orang tercatat sebagai penderita IMS. Artinya mereka termasuk masyarakat yang beresiko sangat tinggi terjangkit HIV dan Aids.

Sebelumnya, Kasat Narkoba Polres Kota Tasikmalaya, AKP Erustiana menjelaskan, mengapa Kota Tasikmalaya dinyatakan sebagai kota/kabupaten kedua yang darurat narkoba di Jabar. Sebab hasil rekapan medis Dinkes Kota Tasikmalaya menyatakan penyakit yang ditimbulkan akibat penggunaan narkoba cukup banyak.

AKP Erustiana menjelaskan mengapa sekarang pengidap penyakit IMS, HIV, dan Aids meningkat. Menurutnya karena kasus penyalahgunaan narkoba jenis sabu-sabu di Kota Tasikmalaya semakin meningkat. Di Kota Tasikmalaya bisanya para penggunaan sabu-sabu membeli satu gram sabu-sabu untuk lima orang pengguna. Sabu itu digunakan oleh empat orang laki-laki dan satu orang perempuan.

"Hal tersebutlah yang membuat penderita IMS terus meningkat karena efek dari penggunaan sabu-sabu dapat meningkatkan gairah seks si penggunannya," kata AKP Erustiana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement