Selasa 06 Oct 2015 21:27 WIB

Soal Kabut Asap, Singapura Pahami Indonesia

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ilham
Kabut asap pekat di Desa Kemingking Luar, Taman Rajo, Muarojambi, Jambi, Selasa (6/10).
Foto: Antara
Kabut asap pekat di Desa Kemingking Luar, Taman Rajo, Muarojambi, Jambi, Selasa (6/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei mengklaim pemerintah Singapura memahami Indonesia terkait upaya Indonesia menangani kebakaran hutan dan lahan. Dampak kebakaran yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan ini mencapai negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Willem mengatakan, pemerintah telah menjelaskan kepada Singapura terkait hambatan yang dihadapi dalam memadamkan titik api di sejumlah daerah. "Dengan penjelasan itu Singapura bisa memahami dan berharap Indonesia bisa segera mengatasi ini," kata Willem saat menggelar konferensi pers di gedung BNPB, Jakarta, Selasa (6/10).

Menurut dia, pemerintah Singapura mengajukan protes kepada Indonesia akibat dampak kabut asap yang terjadi. Sebab, kabut asap yang mencapai Singapura itupun mengakibatkan kegiatan di sejumlah sekolah serta acara besar yang akan digelar terganggu.

 

"Dia sampaikan keberatan, liburan anak sekolah, event besar di cancel yang ganggu penghasilan atau dampak ekonomi," kata Willem.

Kepada delegasi asal Singapura, Willem pun menjelaskan, pemerintah Indonesia telah berupaya menempuh berbagai tindakan untuk memadamkan kebakaran. Ia juga menjelaskan terkait kondisi yang dihadapi di lapangan.

Indonesia menolak bantuan yang ditawarkan oleh Singapura. Seperti bantuan pesawat hercules untuk membantu menciptakan hujan buatan. Alasannya, Indonesia juga memiliki empat pesawat hercules yang telah dikerahkan di lokasi tersebut.

"Singapura tawarkan hercules untuk penyemaian awan. Saya katakan kita ada 4 stand by di sana untuk sewaktu-waktu terbang kalau awannya cukup, tapi kondisi cuaca, awannya sedikit sehingga kami tidak maksimal kerja," jelasnya.

Selain itu, menurut Willem, Singapura juga menawarkan penggunaan tehnologi citra satelit. Namun, Indonesia juga telah memiliki kemampuan dan menggunakan tehnologi tersebut.

Lebih lanjut, Willem juga menjelaskan Indonesia telah mengerahkan 17 helikopter untuk melakukan pengeboman air melalui udara. Namun, upaya tersebut terkendala lantaran asap kebakaran yang sangat pekat.

Berdasarkan data BNPB, Willem menyebut, jumlah sebaran titik api hingga saat ini mencapai 502 titik di Sumatera, 17 titik di Jambi, delapan titik di Lampung, enam titik di Sumatera Barat, tiga titik di Babel, dan dua titik di Riau.

Sedangkan, di Kalimantan terdapat 712 titik api, Kalimantan Timur 333 titik, Kalimantan Tengah 262 titik, Kalimantan Selatan 104 titik, Kaltara tujuh titik api, dan Kalimantan Barat enam titik api.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement