REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus mendorong warga di bantaran sungai bersedia direlokasi ke rumah susun. Ini dilakukan sehingga dapat meminimalkan risiko kebakaran.
"Tinggal di rumah rusun dapat meminimalisasi risiko kebakaran. Oleh karena itu, kami ingin dorong terus warga supaya mau tinggal di rusun," kata Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama di Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa (29/9).
Menurut pria yang lebih akrab disapa Ahok sehari-hari itu, selain agar program normalisasi sungai dan waduk berjalan dengan lancar, tinggal di rusun juga dapat mengurangi risiko kebakaran. "Karena kalau membangun rumah dengan kabel-kabel yang berukuran kecil, pasti mudah terbakar. Rumah-rumah yang kecil itu kan sama seperti yang ada di bantaran sungai atau waduk," ujar Ahok.
Lebih lanjut, dia menuturkan rusun-rusun yang dibangun saat ini juga telah dilengkapi dengan jaringan pipa gas. Warga tidak perlu lagi menggunakan tabung gas untuk memasak.
"Dengan demikian, bahaya kebakaran yang ditimbulkan dari gas juga sudah kita minimalisasi," tutur Ahok.
Sementara itu, untuk warga Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat yang rumahnya terbakar beberapa waktu lalu, mantan Bupati Belitung Timur itu meminta agar bersedia pindah ke rusun. Dia mengungkapkan konsep penggantian rusun yang ditawarkan kepada warga yang rumahnya terbakar itu tidak jauh berbeda dengan warga yang direlokasi dari Kampung Pulo, Jakarta Timur.
"Konsepnya, yaitu kalau warga terbukti memiliki sertifikat, akan kami ganti hingga 1,5 kali lipat dari harganya. Namun, jika hanya memiliki bukti girik dan sejenisnya, hanya diganti 1,2 kali lipat," ungkap Ahok.