REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tekad Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI) untuk merebut penyelengaraan Festival Film Indonesia (FFI) mendapat sambutan kritis dari pengamat film Bowo Leksono. Siapapun penyelenggara FFI, menurut Bowo, hendaknya bisa memanfaatkan anggaran tersebut secara benar untuk kemajuan film tanah air.
“Ini duit rakyat. Kalau tidak bisa menyelenggarakan FFI, sebaiknya uang tersebut diberikan saja kepada komunitas film di seluruh Indonesia, yang sudah jelas berjuang untuk film nasional,” kata pria yang juga menjadi Direktur Cinema Lovers Community (CLC).
Dalam pengamatan Bowo, dengan anggaran sekitar Rp8-9 miliar yang berasal dari APBN, sebenarnya mudah menyelenggarakan FFI. Hanya saja, kata alumni Universitas Diponegoro ini, penyelenggaraan FFI itu sangat rawan didomplengi berbagai kepentingan.
Termasuk, kata dia, adanya potensi bagi-bagi proyek sehingga membuat penyelenggaraan FFI bisa saja melenceng dari misi utama, yakni memajukan film nasional. “Jadi siapapun penyelenggaranya monggo saja. Tapi harus disertai niat yang lurus,” kata Bowo.
Sebelumnya, PPFI sudah bertekad untuk menjadi penyelenggara FFI yang selama dua penyelenggaraan terdahulu lepas dari “genggaman” mereka. Pada kongres tersebut Sys NS dengan tegas menyatakan, “FFI itu milik PPFI dan harus dikembalikan ke PPFI. Mari Bung rebut kembali!”